·        Ekosistem Pantai
Daerah  pantai merupakan daerah perbatasan antara ekosistem laut dan ekosistem  darat. Karena hempasan gelombang dan hembusan angin maka pasir dari  pantai membentuk gundukan ke arah darat. Setelah gundukan pasir itu  biasanya terdapat hutan yang dinamakan hutan pantai.
Tumbahan  pada hutan pantai cukup beragam. Tumbuhan tersebut bergerombol  membentuk unit-unit tertentu sesuai dengan habitatnya. Suatu unit  vegetasi yang terbentuk karena habitatnya disebut formasi. Setiap  formasi diberi nama sesuai dengan spesies tumbuhan yang paling dominan.
Berdasarkan  susunan vegetasinya, ekosistem hutan pantai dapat dibedakan menjadi 2,  yaitu formasi Pres-Caprae dan formasi Baringtonia.

 
   
1. 
 |    
Formasi   Pres-Caprae 
Dinamakan demikian karena yang paling banyak tumbuh di gundukan   pasir adalah tumbuhan Ipomoea pes caprae yang tahan terhadap hempasan   gelombang dan angin; tumbuhan ini menjalar dan berdaun tebal. 
Pada   formasi ini, tumbuhan yang dominan adalah Ipomeea pres-caprae, tumbuhan   lainnya adalah Vigna, Spinifex littoreus (rumput angin), Canavalia   maritime, Euphorbia atoto, Pandanus tectorius (pandan), Crinum   asiaticum (bakung), Scaevola frutescens (babakoan). 
 |   
   
2. 
 |    
Formasi   Baringtonia 
Bila  tanah di daerah pasang surut berlumpur, maka kawasan ini   berupa hutan  bakau yang memiliki akar napas. Akar napas merupakan adaptasi    tumbuhan di daerah berlumpur yang kurang oksigen. Selain berfungsi untuk    mengambil oksigen, akar ini juga dapat digunakan sebagai penahan dari  pasang   surut gelombang. Yang termasuk tumbuhan di hutan bakau antara  lain Nypa,   Acathus, Rhizophora, dan Cerbera.  
Jika tanah pasang surut tidak terlalu basah, pohon yang sering   tumbuh adalah: Heriticra, Lumnitzera, Acgicras, dan Cylocarpus.  
  
Vegetasi   dominan adalah pohon Baringtonia (butun), tumbuhan lainnya adalah Callophylum   inophylum (nyamplung), Erythrina, Hernandia, Hibiscus tiliaceus (waru   laut), Terminalia catapa (ketapang). 
 |   
Di  daerah pasang surut sendiri dapat terbentak hutan, yaitu hutan bakau.  Hutan bakau biasanya sangat sukar ditempuh manusia karena banyaknya akar  dan dasarnya terdiri atas lumpur.
·        Ekosistem Air Laut
Ekosistem air laut luasnya lebih dari 2/3 permukaan bumi ( +  70 % ), karena luasnya dan potensinya sangat besar, ekosistem laut  menjadi perhatian orang banyak, khususnya yang berkaitan dengan REVOLUSI  BIRU.
Ciri-ciri:
   
a.  
 |    
Memiliki kadar   mineral yang tinggi, ion terbanyak ialah Cl`(55%),  namun kadar garam di laut bervariasi,   ada yang tinggi (seperti di  daerah tropika) dan ada yang rendah (di laut   beriklim dingin). 
 |   
   
b. 
 |    
Ekosistem air laut   tidak dipengaruhi oleh iklim dan cuaca. 
  
 |   
Pembagian daerah ekosistem air laut 
- Daerah Litoral /      Daerah Pasang Surut:
Daerah       litoral adalah daerah yang langsung berbatasan dengan darat.  Radiasi      matahari, variasi temperatur dan salinitas mempunyai  pengaruh yang lebih      berarti untuk daerah ini dibandingkan dengan  daerah laut lainnya. Biota      yang hidup di daerah ini antara lain:  ganggang yang hidup sebagai bentos,      teripang, binatang laut, udang,  kepiting, cacing laut. 
- Daerah Neritik:
Daerah       neritik merupakan daerah laut dangkal, daerah ini masih dapat  ditembus      cahaya sampai ke dasar, kedalaman daerah ini dapat  mencapai 200 m. Biota      yang hidup di daerah ini adalah plankton,  nekton, neston dan bentos. 
- Daerah Batial      atau Daerah Remang-remang:
Kedalamannya      antara 200 - 2000 m, sudah tidak ada produsen. Hewannya berupa nekton. 
- Daerah Abisal:
Daerah       abisal adalah daerah laut yang kedalamannya lebih dari 2000 m.  Daerah ini      gelap sepanjang masa, tidak terdapat produsen. 
Berdasarkan intensitas cahayanya, ekosistem laut dibedakan menjadi 3 bagian:
   
a. 
 |    
Daerah   fotik: daerah laut yang masIh dapat ditembus cahaya matahari, kedalaman   maksimum 200 m.  
 |   
   
b. 
 |    
Daerah   twilight: daerah remang-remang, tidak efektif untuk kegiatan fotosintesis,   kedalaman antara 200 - 2000 m. 
 |   
   
c. 
 |    
Daerah   afotik: daerah yang tidak tembus cahaya matahari. Jadi gelap sepanjang masa.  
 |   
Komunitas di Dalam Ekosistem Air Laut
1. Laut
Habitat  laut (oseanik) ditandai oleh salinitas (kadar garam) yang tinggi dengan  ion CI- mencapai 55% terutama di daerah laut tropik, karena suhunya  tinggi dan penguapan besar. Di daerah tropik, suhu laut sekitar 25°C.  Perbedaan suhu bagian atas dan bawah tinggi. Batas antara lapisan air  yang panas di bagian atas dengan air yang dingin di bagian bawah disebut  daerah termoklin. 
Di  daerah dingin, suhu air laut merata sehingga air dapat bercampur, maka  daerah permukaan laut tetap subur dan banyak plankton serta ikan.  Gerakan air dari pantai ke tengah menyebabkan air bagian atas turun ke  bawah dan sebaliknya, sehingga memungkinkan terbentuknya rantai makanan  yang berlangsung balk. Habitat laut dapat dibedakan berdasarkan  kedalamannya dan wilayah permukaannya secara horizontal. 
1. Menurut kedalamannya, ekosistem air laut dibagi sebagai berikut. 
a. Litoral merupakan daerah yang berbatasan dengan darat. 
b. Neretik merupakan daerah yang masih dapat ditembus cahaya 
matahari sampai bagian dasar dalamnya ± 300 meter.
c. Batial merupakan daerah yang dalamnya berkisar antara 200-2500 m
d. Abisal merupakan daerah yang lebih jauh dan lebih dalam dari 
pantai (1.500-10.000 m).  
2. Menurut wilayah permukaannya secara horizontal, berturut-turut dari 
tepi laut semakin ke tengah, laut dibedakan sebagai berikut.
a. Epipelagik merupakan daerah antara permukaan dengan kedalaman
air sekitar 200 m.
b. Mesopelagik merupakan daerah dibawah epipelagik dengan kedalam
an 200-1000 m. Hewannya misalnya ikan hiu.
c. Batiopelagik merupakan daerah lereng benua dengan kedalaman
200-2.500 m. Hewan yang hidup di daerah ini misalnya gurita.
d. Abisalpelagik merupakan daerah dengan kedalaman mencapai 
4.000m; tidak terdapat tumbuhan tetapi hewan masih ada. Sinar 
matahari tidak mampu menembus daerah ini.
e. Hadal pelagik merupakan bagian laut terdalam (dasar). Kedalaman
lebih dari 6.000 m. Di bagian ini biasanya terdapat lele laut dan 
ikan Taut yang dapat mengeluarkan cahaya. Sebagai produsen di 
tempat ini adalah bakteri yang bersimbiosis dengan karang 
tertentu. 
Di  laut, hewan dan tumbuhan tingkat rendah memiliki tekanan osmosis sel  yang hampir sama dengan tekanan osmosis air laut. Hewan tingkat tinggi  beradaptasi dengan cara banyak minum air, pengeluaran urin sedikit, dan  pengeluaran air dengan cara osmosis melalui insang. Garam yang  berlebihan diekskresikan melalui insang secara aktif. 
2. Ekosistem pantai
Ekosistem pantai letaknya berbatasan dengan ekosistem darat, laut, dan daerah pasang surut. 
Ekosistem  pantai dipengaruhi oleh siklus harian pasang surut laut. Organisme yang  hidup di pantai memiliki adaptasi struktural sehingga dapat melekat  erat di substrat keras. 
Daerah  paling atas pantai hanya terendam saat pasang naik tinggi. Daerah ini  dihuni oleh beberapa jenis ganggang, moluska, dan remis yang menjadi  konsumsi bagi kepiting dan burung pantai. 
Daerah  tengah pantai terendam saat pasang tinggi dan pasang rendah. Daerah ini  dihuni oleh ganggang, porifera, anemon laut, remis dan kerang, siput  herbivora dan karnivora, kepiting, landak laut, bintang laut, dan  ikan-ikan kecil. 
Daerah  pantai terdalam terendam saat air pasang maupun surut. Daerah ini  dihuni oleh beragam invertebrata dan ikan serta rumput laut. 
Komunitas tumbuhan berturut-turut dari daerah pasang surut ke arah darat dibedakan sebagai berikut. 
1. Formasi pes caprae
Dinamakan demikian karena yang paling banyak tumbuh di gundukan pasir adalah tumbuhan Ipomoea pes caprae yang tahan terhadap hempasan gelombang dan angin; tumbuhan ini menjalar dan berdaun tebal. Tumbuhan lainnya adalah Spinifex littorius (rumput angin), Vigna, Euphorbia atoto, dan Canaualia martina. Lebih ke arah darat lagi ditumbuhi Crinum asiaticum (bakung), Pandanus tectorius (pandan), dan Scaeuola Fruescens (babakoan). 
2. Formasi baringtonia
Daerah ini didominasi tumbuhan baringtonia, termasuk di dalamnya Wedelia, Thespesia, Terminalia, Guettarda, dan Erythrina. 
Bila  tanah di daerah pasang surut berlumpur, maka kawasan ini berupa hutan  bakau yang memiliki akar napas. Akar napas merupakan adaptasi tumbuhan  di daerah berlumpur yang kurang oksigen. Selain berfungsi untuk  mengambil oksigen, akar ini juga dapat digunakan sebagai penahan dari  pasang surut gelombang. Yang termasuk tumbuhan di hutan bakau antara  lain Nypa, Acathus, Rhizophora, dan Cerbera. 
Jika tanah pasang surut tidak terlalu basah, pohon yang sering tumbuh adalah: Heriticra, Lumnitzera, Acgicras, dan Cylocarpus. 
3. Estuari
Estuari  (muara) merupakan tempat bersatunya sungai dengan laut. Estuari sering  dipagari oleh lempengan lumpur intertidal yang luas atau rawa garam. 
Salinitas  air berubah secara bertahap mulai dari daerah air tawar ke laut.  Salinitas ini juga dipengaruhi oleh siklus harian dengan pasang surut  aimya. Nutrien dari sungai memperkaya estuari. 
Komunitas  tumbuhan yang hidup di estuari antara lain rumput rawa garam, ganggang,  dan fitoplankton. Komunitas hewannya antara lain berbagai cacing,  kerang, kepiting, dan ikan. Bahkan ada beberapa invertebrata laut dan  ikan laut yang menjadikan estuari sebagai tempat kawin atau bermigrasi  untuk menuju habitat air tawar. Estuari juga merupakan tempat mencari  makan bagi vertebrata semi air, yaitu unggas air. 
Menurut fungsinya, komponen biotik ekosistem laut dapat dibedakan menjadi 4, yaitu:
   
a. 
 |    
Produsen 
terdiri   atas fitoplankton dan ganggang laut lainnya. 
 |   
   
b. 
 |    
Konsumen 
terdiri atas berbagai jenis hewan. Hampir semua filum hewan ditemukan di   dalam ekosistem laut.  
 |   
   
c. 
 |    
Zooplaokton 
terdiri   atas bakteri dan hewan-hewan pemakan bangkai atau sampah. 
 |   
Pada ekosistem laut dalam, yaitu pada daerah batial dan abisal merupakan daerah gelap sepanjang masa.
Di  daerah tersebut tidak berlangsung kegiatan fotosintesis, berarti tidak  ada produsen, sehingga yang ditemukan hanya konsumen dan dekompos saja.  Ekosistem laut dalam merupakan suatu ekosistem yang tidak lengkap.
Adaptasi biota laut terhadap lingkungan yang berkadar garam tinggi:
Pada  hewan dan tumbuhan tingkat rendah tekanan osmosisnya kurang lebih sama  dengan tekanan osmosis air laut sehingga tidak terlalu mengalami  kesulitan untuk beradaptasi. Tetapi bagaimanakah dengan hewan tingat  tinggi, seperti ikan yang mempunyai tekanan osmosis jauh lebih rendah  daripada tekanan osmosis air laut. Cara ikan beradaptasi dengan kondisi  seperti itu adalah:
- hanyak minum
- air masuk ke jaringan secara osmosis melalui usus
- sedikit mengeluarkan urine
- pengeluaran air terjadi secara osmosis
- garam-garam dikeluarkan secara aktif melalui insang
·        Terumbu karang
 Pengertian Terumbu Karang
Binatang  karang adalah  pembentuk utama ekosistem terumbu karang. Binatang  karang yang berukuran sangat kecil, disebut polip, yang dalam jumlah  ribuan membentuk koloni yang dikenal sebagai karang (karang batu atau  karang lunak). Dalam peristilahan ‘terumbu karang’, “karang” yang  dimaksud adalah  koral, sekelompok  hewan dari ordo  Scleractinia  yang  menghasilkan  kapur  sebagai pembentuk utama terumbu, sedangkan Terumbu  adalah batuan sedimen kapur di laut, yang juga meliputi karang hidup dan  karang mati yang menempel pada batuan kapur tersebut. Sedimentasi kapur  di terumbu dapat berasal dari karang maupun dari alga. Secara fisik  terumbu karang adalah terumbu yang terbentuk dari kapur yang dihasilkan  oleh karang. Di Indonesia semua terumbu berasal dari kapur yang sebagian  besar dihasilkan koral. Di dalam terumbu karang, koral adalah insinyur  ekosistemnya. Sebagai hewan yang menghasilkan kapur untuk kerangka  tubuhnya,karang merupakan komponen yang terpenting dari ekosistem  tersebut. Jadi Terumbu karang (coral reefs) merupakan ekosistem laut  tropis yang terdapat di perairan dangkal yang jernih, hangat (lebih dari  22oC), memiliki kadar CaCO3 (Kalsium Karbonat) tinggi, dan komunitasnya  didominasi berbagai jenis hewan karang keras.  (Guilcher, 1988).

 
Di  laut tropis, pada daerah neritik, terdapat suatu komunitas yang khusus  yang terdiri dari karang batu dan organisme-organisme lainnya. Komunitas  ini disebut terumbu karang. Daerah komunitas ini masih dapat ditembus  cahaya matahari sehingga fotosintesis dapat berlangsung.
Terumbu  karang didominasi oleh karang (koral) yang merupakan kelompok Cnidaria  yang mensekresikan kalsium karbonat. Rangka dari kalsium karbonat ini  bermacammacam bentuknya dan menyusun substrat tempat hidup karang lain  dan ganggang. 
Hewan-hewan yang hidup di karang memakan organisme mikroskopis dan sisa organik lain. Berbagai invertebrata, mikro organisme,  dan ikan, hidup di antara karang dan ganggang. Herbivora seperti siput,  landak laut, ikan, menjadi mangsa bagi gurita, bintang laut, dan ikan  karnivora. 
Manfaat Ekosistem Terumbu Karang
v  Dari  segi ekonomi ekosistem terumbu karang memiliki nilai estetika dan  tingkat keanekaragaman biota yang tinggi yang dapat dimanfaatkan sebagai  sumber makanan, bahan obat – obatan ataupun sebagai objek wisata  bahari.
v  Ditinjau  dari fungsi ekologisnya, terumbu karang yang sangat penting dalam  menjaga keseimbangan lingkungan dan menyumbangkan stabilitas fisik,  yaitu mampu menahan hempasan gelombang yang kuat sehingga dapat  melindungi pantai dari abrasi
v  Adapun  dari sisi social ekonomi, terumbu karang adalah sumber perikanan yang  produktif sehingga dapat meningkatkan pendapatan nelayan, penduduk  pesisir, dan devisa Negara yang berasal dari devisa perikanan dan  pariwisata.
·         Ekosistem Hutan Mangrove
ekosistem mangrove terbentuk dari unsur-unsur sebagai berikut :
v  a. spesies pohon dan semak yang benar-benar memiliki habitat terbatas di lingkungan mangrove (exclusive mangrove)
v  b. spesies pohon dan semak yang mampu hidup di lingkungan mangrove dan di luar lingkungan mangrove (non-exclusive mangrove)
v  c. berbagai  biota yang hidupnya berasosiasi dengan lingkungan mangrove, baik biota  yang keberadaannya bersifat menetap, sekedar singgah mencari makan  maupun biota yang keberadaannya jarang ditemukan di lingkungan mangrove
v  d. berbagai proses yang terjadi di ekosistem mangrove untuk mempertahankan keberadaan ekosistem mangrove itu sendiri
v  e. hamparan lumpur yang berada di batas hutan sebenarnya dengan laut
v  f. sumber daya manusia yang berada di sekitar ekosistem mangrove
v  Hutan  mangrove dapat ditemukan di pesisir pantai wilayah tropis sampai sub  tropis, terutama pada pantai yang landai, dangkal, terlindung dari  gelombang besar dan muara sungai. Secara umum hutan mangrove dapat  berkembang dengan baik pada habitat dengan ciri-ciri sebagai berikut :
v  a. jenis tanah berlumpur, berlempung atau berpasir, dengan bahan bentukan berasal dari lumpur, pasir atau pecahan karang/koral
v  b. habitat  tergenang air laut secara berkala, dengan frekuensi sering (harian)  atau hanya saat pasang purnama saja. Frekuensi genangan ini akan  menentukan komposisi vegetasi hutan mangrove
v  c. menerima  pasokan air tawar yang cukup, baik berasal dari sungai, mata air maupun  air tanah yang berguna untuk menurunkan kadar garam dan menambah  pasokan unsur hara dan lumpur
v  d. berair payau (2-22 ‰) sampai dengan asin yang bisa mencapai salinitas 38 ‰
Secara umum hutan mangrove memiliki karakteristik sebagai berikut :
v  a. Tidak  dipengaruhi oleh iklim, tetapi dipengaruhi oleh pasang surut air laut  (tergenang air laut pada saat pasang dan bebas genangan air laut pada  saat surut)
v  b. Tumbuh membentuk jalur sepanjang garis pantai atau sungai dengan substrat anaerob berupa lempung (firm clay soil), gambut (peat), berpasir (sandy soil) dan tanah koral
v  c. Struktur  tajuk tegakan hanya memiliki satu lapisan tajuk (berstratum tunggal).  Komposisi jenis dapat homogen (hanya satu jenis) atau heterogen (lebih  dari satu jenis). Jenis-jenis kayu yang terdapat pada areal yang masih  berhutan dapat berbeda antara satu tempat dengan lainnya, tergantung  pada kondisi tanahnya, intensitas genangan pasang surut air laut dan  tingkat salinitas
v  d. Penyebaran jenis membentuk zonasi. Zona paling luar berhadapan langsung dengan laut pada umumnya ditumbuhi oleh jenis-jenis Avicennia spp dan Sonneratia  spp (tumbuh pada lumpur yang dalam, kaya bahan organik). Zona  pertengahan antara laut dan daratan pada umumnya didominasi oleh  jenis-jenis Rhizophora spp. Sedangkan zona terluar dekat dengan daratan pada umumnya didominasi oleh jenis-jenis Brugiera spp.
·        Ekosistem Air Tawar
Ciri-ciri  ekosistem air tawar antara lain variasi suhu tidak menyolok, penetrasi  cahaya kurang, dan terpengaruh oleh iklim dan cuaca. Macam tumbuhan yang  terbanyak adalah jenis ganggang, sedangkan lainnya tumbuhan biji.  Hampir semua filum hewan terdapat dalam air tawar. Organisme yang hidup  di air tawar pada umumnya telah beradaptasi.
Adaptasi organisme air tawar adalah sebagai berikut. 
Adaptasi tumbuhan
Tumbuhan  yang hidup di air tawar biasanya bersel satu dan dinding selnya kuat  seperti beberapa alga biru dan alga hijau. Air masuk ke dalam sel hingga  maksimum dan akan berhenti sendiri. Tumbuhan tingkat tinggi, seperti  teratai (Nymphaea gigantea), mempunyai akar jangkar (akar sulur).  Hewan dan tumbuhan rendah yang hidup di habitat air, tekanan osmosisnya  sama dengan tekanan osmosis lingkungan atau isotonis. 
Adaptasi hewan
Ekosistem  air tawar dihuni oleh nekton. Nekton merupakan hewan yang bergerak  aktif dengan menggunakan otot yang kuat. Hewan tingkat tinggi yang hidup  di ekosistem air tawar, misalnya ikan, dalam mengatasi perbedaan  tekanan osmosis melakukan osmoregulasi untuk memelihara keseimbangan air  dalam tubuhnya melalui sistem ekskresi, insang, dan pencernaan. 
Habitat  air tawar merupakan perantara habitat laut dan habitat darat.  Penggolongan organisme dalam air dapat berdasarkan aliran energi dan  kebiasaan hidup.
1. Berdasarkan aliran energi, organisme dibagi menjadi autotrof (tumbuhan), dan fagotrof (makrokonsumen), yaitu karnivora predator, parasit, dan saprotrof atau organisme yang hidup pada substrat sisa-sisa organisme. 
2. Berdasarkan kebiasaan hidup, organisme dibedakan sebagai berikut. 
a. Plankton; 
terdiri alas fitoplankton dan zooplankton; 
biasanya melayang-layang (bergerak pasif) mengikuti gerak aliran air. 
b. Nekton;
hewan yang aktif berenang dalam air, misalnya ikan. 
c. Neuston;
organisme yang mengapung atau berenang di permukaan air atau 
bertempat pada permukaan air, misalnya serangga air.
d. Perifiton; merupakan tumbuhan atau hewan yang melekat/bergantung
pada tumbuhan atau benda lain, misalnya keong. 
e. Bentos; hewan dan tumbuhan yang hidup di dasar atau hidup pada 
endapan. Bentos dapat sessil (melekat) atau bergerak bebas, 
misalnya cacing dan remis. Lihat Gambar. 
   
Ekosistem  air tawar digolongkan menjadi air tenang dan air   mengalir. Termasuk  ekosistem air tenang adalah danau dan rawa, termasuk   ekosistem air  mengalir adalah sungai.  
1. Danau 
Danau merupakan suatu badan air yang menggenang dan luasnya mulai dari   beberapa meter persegi hingga ratusan meter persegi.  
 |    
  
 |   
Di  danau terdapat pembagian daerah berdasarkan penetrasi cahaya matahari.  Daerah yang dapat ditembus cahaya matahari sehingga terjadi fotosintesis  disebut daerah fotik. Daerah yang tidak tertembus cahaya matahari disebut daerah afotik. Di danau juga terdapat daerah perubahan temperatur yang drastis atau termoklin. Termoklin memisahkan daerah yang hangat di atas dengan daerah dingin di dasar. 
Komunitas  tumbuhan dan hewan tersebar di danau sesuai dengan kedalaman dan  jaraknya dari tepi. Berdasarkan hal tersebut danau dibagi menjadi 4  daerah sebagai berikut. 
a) Daerah litoral
Daerah ini merupakan daerah dangkal. Cahaya matahari menembus dengan  optimal. Air yang hangat berdekatan dengan tepi. Tumbuhannya merupakan  tumbuhan air yang berakar dan daunnya ada yang mencuat ke atas permukaan  air. 
Komunitas  organisme sangat beragam termasuk jenis-jenis ganggang yang melekat  (khususnya diatom), berbagai siput dan remis, serangga, krustacea, ikan,  amfibi, reptilia air dan semi air seperti kura-kura dan ular, itik dan  angsa, dan beberapa mamalia yang sering mencari makan di danau. 
b. Daerah limnetik
Daerah ini merupakan daerah air bebas yang jauh dari tepi dan masih 
dapat ditembus sinar matahari. Daerah ini dihuni oleh berbagai 
fitoplankton, termasuk ganggang dan sianobakteri. Ganggang 
berfotosintesis dan bereproduksi dengan kecepatan tinggi selama 
musim panas dan musim semi.  
Zooplankton yang sebagian besar termasuk Rotifera dan udang-
udangan kecil memangsa fitoplankton. Zooplankton dimakan oleh ikan-
ikan kecil. Ikan kecil dimangsa oleh ikan yang lebih besar, kemudian 
ikan besar dimangsa ular, kura-kura, dan burung pemakan ikan.  
c. Daerah profundal
Daerah ini merupakan daerah yang dalam, yaitu daerah afotik danau. 
Mikroba dan organisme lain menggunakan oksigen untuk respirasi 
seluler setelah mendekomposisi detritus yang jatuh dari daerah 
limnetik. Daerah ini dihuni oleh cacing dan mikroba.  
d. Daerah bentik
Daerah ini merupakan daerah dasar danau tempat terdapatnya bentos
dan sisa-sisa organisme mati.  
Danau juga dapat dikelompokkan berdasarkan produksi materi organik-nya, yaitu sebagai berikut :
a. Danau Oligotropik
Oligotropik merupakan sebutan untuk danau yang dalam dan 
kekurangan makanan, karena fitoplankton di daerah limnetik tidak 
produktif. Ciricirinya, airnya jernih sekali, dihuni oleh sedikit organisme,
dan di dasar air banyak terdapat oksigen sepanjang tahun.  
b. Danau Eutropik
Eutropik merupakan sebutan untuk danau yang dangkal dan kaya akan
kandungan makanan, karena fitoplankton sangat produktif. Ciri-cirinya
adalah airnya keruh, terdapat bermacam-macam organisme, dan 
oksigen terdapat di daerah profundal.  
Danau  oligotrofik dapat berkembang menjadi danau eutrofik akibat adanya  materi-materi organik yang masuk dan endapan. Perubahan ini juga dapat  dipercepat oleh aktivitas manusia, misalnya dari sisa-sisa pupuk buatan  pertanian dan timbunan sampah kota yang memperkaya danau dengan buangan  sejumlah nitrogen dan fosfor. Akibatnya terjadi peledakan populasi  ganggang atau blooming, sehingga terjadi produksi detritus yang berlebihan yang akhirnya menghabiskan suplai oksigen di danau tersebut. 
Pengkayaan danau seperti ini disebut "eutrofikasi". Eutrofikasi membuat air tidak dapat digunakan lagi dan mengurangi nilai keindahan danau. 
2. Sungai
Sungai  adalah suatu badan air yang mengalir ke satu arah. Air sungai dingin  dan jernih serta mengandung sedikit sedimen dan makanan. Aliran air dan  gelombang secara konstan memberikan oksigen pada air. Suhu air  bervariasi sesuai dengan ketinggian dan garis lintang. 
Komunitas  yang berada di sungai berbeda dengan danau. Air sungai yang mengalir  deras tidak mendukung keberadaan komunitas plankton untuk berdiam diri,  karena akan terbawa arus. Sebagai gantinya terjadi fotosintesis dari  ganggang yang melekat dan tanaman berakar, sehingga dapat mendukung  rantai makanan. 
Komposisi  komunitas hewan juga berbeda antara sungai, anak sungai, dan hilir. Di  anak sungai sering dijumpai Man air tawar. Di hilir sering dijumpai ikan  kucing dan gurame. Beberapa sungai besar dihuni oleh berbagai kura-kura  dan ular. Khusus sungai di daerah tropis, dihuni oleh buaya dan  lumba-lumba. 
Organisme  sungai dapat bertahan tidak terbawa arus karena mengalami adaptasi  evolusioner. Misalnya bertubuh tipis dorsoventral dan dapat melekat pada  batu. 
Beberapa jenis serangga yang hidup di sisi-sisi hilir menghuni habitat kecil yang bebas dari pusaran air. 
Ekosistem akuatik dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:
- Ekosistem air      tawar
 
- Ekosistem air      laut
 
Ekosistem air tawar dibedakan menjadi dua, yaitu:
- Ekosistem air      tenang (lentik) misalnya: danau, rawa.
 
- Ekosistem air      mengalir (lotik) misalnya: sungai, air terjun.
 
Ciri-ciri ekosistem air tawar:
a. Kadar garam/salinitasnya sangat rendah, bahkan lebih rendah dari 
kadar garam protoplasma organisme akuatik.
b. Variasi suhu sangat rendah.
c. Penetrasi cahaya matahari kurang.
d. Dipengaruhi oleh iklim dan cuaca. 
Flora ekosistem air tawar:
Hampir  semua golongan tumbuhan terdapat pada ekosistem air tawar, tumbuhan  tingkat tinggi (Dikotil dan Monokotil), tumbuhan tingkat rendah (jamur,  ganggang biru, ganggang hijau).
Fauna ekosistem air tawar:
Hampir  semua filum dari dunia hewan terdapat pada ekosistem air tawar,  misalnya protozoa, spans, cacing, molluska, serangga, ikan, amfibi,  reptilia, burung, mammalia. Ada yang selalu hidup di air, ada pula yang
ke air bila mencari makanan saja.
Hewan yang selalu hidup di air mempunyai cara beradaptasi dengan lingkungan yang berkadar garam rendah.
Pada ikan dimana kadar garam protoplasmanya lebih tinggi daripada air, mempunyai cara beradaptasi sebagai berikut:
- Sedikit minum, sebab air masuk ke dalam tubah secara terus-menerus 
melalui proses osmosis.
- Garam dari dalam air diabsorbsi melalui insang secara aktif
- Air diekskresikan melalui ginjal secara berlebihan, juga diekskresikan 
melalui insang dan saluran pencernaan. 
Pengelompokkan Organisme Pada Ekosistem Air Tawar
1.
Berdasarkan cara memperoleh makanan atau energi, dibagi menjadi 2 kelompok:
   
a. 
 |    
Organisme    autotrof: organisme yang dapat mensintesis makanannya sendiri.  Tumbuhan hijau   tergolong organisme autotrof, peranannya sebagai  produsen dalam ekosistem air   tawar. 
 |   
   
b. 
 |    
Fagotrof    dan Saprotrof: merupakan konsumen dalam ekosistem air tawar. Fogotrof  adalah   pemakan organisme lain, sedang Saprotrof adalah pemakan sampah  atau sisa   organisme lain. 
 |   
2.
Berdasarkan kebiasaan kehidupan dalam air, organisme air tawar dibedakan atas 5 macam:
   
a. 
 |    
Plankton:    terdiri atas fitoplankton (plankton tumbahan) dan zooplankton  (plankton   hewan), merupakan organisme yang gerakannya pasif selalu  dipengaruhi oleh   arus air. 
 |   
   
b. 
 |    
Nekton:   organisme yang bergerak aktif berenang. Contoh: ikan, serangga air. 
 |   
   
c. 
 |    
Neston:   organisme yang beristirahat dan mengapung di permukaan air. 
 |   
   
d. 
 |    
Bentos:   organisme yang hidup di dasar perairan. 
 |   
   
e. 
 |    
Perifiton:   organisme yang melekat pada suatu substrat (batang, akar, batu-batuan) di   perairan. 
 |   
3.
Berdasarkan fungsinya, organisme air tawar dibedakan menjadi 3 macam:
   
a. 
 |    
Produsen:    terdiri dari Bolongan ganggang, ganggang hijau dan ganggang biru,  golongan   spermatophyta, misal: eceng gondok, teratai, kangkung,  genger, kiambang. 
 |   
   
b. 
 |    
Konsumen:   meliputi hewan-hewan, serangga, udang, siput, cacing, dan hewan-hewan   lainnya. 
 |   
   
c. 
 |    
Dekomposer/pengurai:   sebagian besar terdiri atas bakteri dan mikroba lain.  
 |   
Pembagian Zona Ekosistem Air Tawar
Berdasarkan intensitas cahaya, ekosistem air tawar dibedakan menjadi 3 daerah, yaitu:
   
a. 
 |    
Daerah  litoral:   daerah air dangkal, sinar matahari dapat menembus sampai  dasar perairan   organisme daerah litoral adalah tumbuhan yang berakar,  udang, cacing dan   fitoplankton. 
 |   
   
b. 
 |    
Daerah  limnetik:   daerah terbuka yang masih dapat ditembus oleh cahaya  matahari. Organisme   daerah ini adalah plankton, neston dan nekton. 
 |   
   
c. 
 |    
Daerah    profundal: daerah dasar perairan tawar yang dalam sehingga sinar  matahari tidak   dapat menembusnya. Produsen sudah tidak ditemukan lagi. 
 |   
·        Ekosistem Rawa Gambut 
Ekosistem  (hutan) gambut ditumbuhi oleh vegetasi yang spesifik atau khas. Hutan  gambut dengan hutan rawa sering disebut dengan hutan rawa saja. Daerah  di antara hutan gambut dan hutan rawa disebut hutan bergambut. Di dalam  daerah hutan bergambut terdapat elemen-elemen hutan rawa dan hutan  gambut. 
 
Hutan  rawa dan hutan gambut terdapat di dalam satu daerah, dan biasanya hutan  gambut merupakan kelanjutan dari hutan rawa. Perbedaannya hanya pada  hutan gambut memiliki lapisan gambut, yakni lapaisan bahan organic yang  tebal mencapai 1-2 m, sedangkan hutan rawa lapisannya hanya sekitar 0,5  m. kedua huatan ini selalu hijau, dan mempunyai tajuk yang  berlapis-lapis dengan berbagai jenis walaupun tidak selengkap hutan  hujan. Biasanya didominasi oleh jenis-jenis dikotiledon dan ketinggian  dapat mencapai 30 m terutama sebelah tepinya. Semakin ke tengah semakin  pendek, bahkan terkadang di tengah bias mencapai tinggi 2 m sehingga  sering disebut hutan cebol. 
Jenis vegetasi hutan gambut biasanya terdiri dari jenis Palmae, Pandanus, 
Podocarpus, dan beberapa dari famili Dipterocarpaceae. PH habitat biasanya 3,2 
dan bersifat hamper steril. Hal ini kemungkinan merupakan salah satu penyebab 
jumlah vegetasi hutan gambut tidak banyak, tetapi khas. 
Gambut  adalah suatu tipe tanah yang dibentuk dari sisa-sisa tumbuhan dan  mempunyai kandungan bahan organic yang sangat tinggi. Permukaan gambut  seperti kerak yang berserabut, menutupi bagian dalam yang lembap  berisikan potongan-
potongan kayu besar dan sisa-sisa tumbuhan lainnya. Gambut dapat diklasifikasikan 
atas dua bentuk, yaitu : 
1. 
Gambut Ombrogen 
Adalah  gambut yang umum dijumpai. Banyak ditemui di dekat pantai dan kedalaman  gambutnya mencapai 20 m. air draenasenya sangat asam dan miskin zat  hara. Tumbuhan yang ada disini mendapatkan zat hara hanya dari tumbuhan  itu sendiri, dari gambut, dan dari air hujan. 
2. 
Gambut Topogen 
Merupakan  tipe gambut yang jarang ditemui, biasanya dibentuk pada lekukan-lekukan  tanah. Tumbuhan yang ada pada tanah ini mendapatkan zat haranya dari  tanah mineral, air sungai, sisa tumbuhan dan air hujan. Gambut ini  terdapat di pantai-pantai di balik bukit-bukit pasir dan daerah  pedalaman dimana air draenasenya terhambat. Biasanya tebal gambut ini  sekitar 4 m. gambut dan air draenasenya bersifat agak asam dan  mengandung zat hara yang relative banyak. 
·        Ekosistem Rawa Air Tawar 
Ekosistem  air tawar merupakan kosistem dengan habitatnya yang sering digenangi  air tawar yang kaya mineral dengan pH sekitar 6. Kondisi permukaan air  tiidak selalu tetap. Ekosistem rawa air tawar ini ditumbuhi oleh beragam  jenis vegetasi. Hal ini desebabkan oleh terdapatnya beragam jenis tanah  pada berbagai ekosistem rawa air tawar. 
Di  beberapa daerah pada rawa-rawa tersebut ditumbuhi rumput, ada pula yang  hanya ditumbuhi jenis pandan atau palem yang menonjol. Malah ada pula  yang menyerupai hutan-hutan dataran rendah, dengan akar tunjang atau  akar napas maupun seperti penupang pohon. Beberapa contoh seperti danau  Bento yang terletak di selatan gunung Tujuh dan di barat laut danau  Kerinci dikelilingi oleh hutan rawa liar tawar. 
Beda  hutan rawa air tawar dengan hutan rawa gambut adalah pada hutan rawa  air tawar tidak terdapat kandungan gambut yang tebal dan sumber airnya  berasal dari air hujan dan air sungai. 
·        Ekosistem Rawa Air Payau
Air payau adalah campuran antara air tawar dan air laut (air asin). Jika kadar garam yang dikandung dalam satu liter air adalah antara 0,5 sampai 30 gram, maka air ini disebut air payau. Namun jika lebih, disebut air asin. 
Air payau ditemukan di daerah-daerah muara dan memiliki keanekaragaman hayati tersendiri. Beberapa jenis ikan yang populer di Indonesia, hidup di air payau, seperti bandeng. 
Ekosistem Darat
·        Pemanfaatan Tanah dan Lahan
Pada  musim kering seperti saat ini banyak kegiatan bertani berhenti total  diakibatkan tidak adanya air yang mencukupi untuk mengairi lahan  pertanian, sehingga pada saat musim kering seperti ini hanya beberapa  petani yang masih bisa bertani dengan membuat sumur bor untuk mengairi  lahan pertanian mereka. Bagaimana dengan petani rakyat ? (sebutan bagi  petani lahan kritis). Dalam tulisan ini kami akan mencoba memberikan  solusi dalam pemanfaatan lahan kering menjadi lahan pertanian produktif.
Pola  sistem pertanian rakyat yang banyak dilakukan di sebagaian Jawa Tengah,  sebagaian Jawa Timur,NTB & NTT merupakan sistem pertanian tadah  hujan yaitu hanya mengandalkan pengairan lahan pertanian dari hujan.  Pada sistem pertanian tadah hujan seperti ini petani rakyat hanya  sanggup bertani dua kali pada musim penghujan saja, sedangkan pada musim  kering seperti ini petani rakyat tidak banyak bisa berbuat selain hanya  beralih pada pekerjaan sebagai buruh kasar di kota-kota besar.
Ada  tiga solusi sederhana yang dapat dilakukan oleh petani pada lahan  kritis seperti pembuatan sumur bor dekat lahan pertanian yang ditanggung  bersama oleh para petani. Solusi ke dua yaitu pemakaian pupuk organik  hosc pada lahan pertanian yang dapat mengikat air 50% dari volume humus  yang diberikan atau dapat mengikat volume air 10M3/ha pada lahan  pertanian. Solusi ke tiga, menanam tanaman yang cocok pada lahan kering  seperti jagung, kacang tanah, kacang kedelai, tembakau dan buncis.
Pemanfaatan  lahan kering menjadi lahan pertanian produktif, merupakan salah satu  cara atau sistem untuk mengefisiensikan lahan kosong atau lahan yang  dianggap tidak produktif sebagai salah satu pemenuh kebutuhan dasar  hidup dan pensejahteraan masyarakat. Maka dari itu seharusnya program  pemanfaatan lahan kering sebagai lahan pertanian produktif didukung  sepenuhnya oleh pemerintah dan masyarakat pelaksana supaya dalam  pelaksanaannya tidak ada kendala yang memberatkan.
Pada  program pemanfaatan lahan kering sebagai lahan pertanian produktif yang  sekarang sedang dilakukan oleh Pupuk Humus Organic Soil Conditioner  (Pupuk HOSC), lebih menitik beratkan pada tehnik budidaya tanaman kering  dan pembenahan tanah secara umum untuk bisa kembali mengikat air dan  unsur hara meskipun pada musim kemarau lebih panjang.
·        Hutan Hujan Tropis
Hutan  Hujan Tropis adalah suatu masyarakat kompleks merupakan tempat yang  menyediakan pohon dari berbagai ukuran. Dalam buku ini istilah kanopi  hutan digunakan sebagai suatu yang  umum untuk menjelaskan masyarakat  tumbuhan keseluruhan di atas bumi. Di dalam kanopi iklim micro berbeda  dengan diluarnya; cahaya lebih sedikit, kelembaban sangat tinggi, dan  temperatur lebih rendah. Banyak dari pohon yang lebih kecil berkembang  dalam naungan pohon yang lebih besar di dalam iklim mikro inilah terjadi  pertumbuhan. Di atas bentuk pohon dan dalam iklim mikro dari cakupan  pertumbuhan kanopi dari berbagai jenis tumbuhan lain: pemanjat,  epiphytes, mencekik, tanaman benalu, dan saprophytes.
Pohon  dan kebanyakan dari tumbuhan lain berakar pada tanah dan menyerap unsur  hara dan air. Daun-Daun yang gugur, Ranting, Cabang, dan bagian lain  yang tersedia; makanan untuk sejumlah inang  hewan invertebrata, yang  penting seperti rayap, juga untuk jamur dan bakteri. Unsur hara  dikembalikan ke tanah lewat pembusukan dari bagian yang jatuh dan dengan  pencucian dari daun-daun oleh air hujan. Ini merupakan ciri hutan hujan  tropis yang kebanyakan dari gudang unsur hara total ada dalam tumbuhan;  secara relatif  kecil di simpan dalam tanah.
Di  dalam kanopi hutan, terutama di hutan dataran rendah, disana hidup  binatang dengan cakupan luas, hewan veterbrata dan invertebrata,  beberapa yang makan bagian tumbuhan, yang memakan hewan. Hubungan timbal  balik kompleks ada antara tumbuhan dan binatang, sebagai contoh, dalam  hubungan dengan penyerbukan bunga dan penyebaran biji. Beberapa  tumbuhan, yang disebut myrmecophytes, menyediakan tempat perlindungan  untuk semut di dalam organ yang dimodifikasi. Banyak tumbuhan,  menghasilkan bahan-kimia yang berbisa bagi banyak serangga dan cara ini  untuk perlindungan diri dari pemangsaan.
Keseluruhan  masyarakat organik dan lingkungan phisik dan kimianya bersama-sama  menyusun dasar ekosistem pada hutan hujan tropis. Jika bagian dari hutan  menjadi rusak, tumbuhan (dan satwa) terbukanya gap, yang lain menyerbu  dengan persaingan; ada suatu suksesi sekunder dari komunitas tumbuhan  seral, hingga dengan cepat suatu masyarakat yang serupa menjadi asli  seperti semula. Ini disebut “Klimaks”. Pada permukaan tanah  terbuka, contohnya, terjadi pada 1963 oleh letusan Gunung Agong di Bali,  suatu suksesi primer, atau prisere, terjadi juga hingga Klimaks.
Synusiae
Suatu  synusia adalah suatu kelompok tumbuhan dari bentuk hidup yang serupa  mengisi relung yang sama dan berperan serupa di dalam komunitas dimana  bentuknya terpisah (Richards 1952); Ini merupakan suatu bentuk hidup  komunitas terpisah.
Synusiae  menyediakan suatu bahan untuk menganalisa masyarakat tumbuhan yang  kompleks. Richards (1952) telah memperkenalkan suatu penggolongan yang  praktis untuk synusiae hutan hujan tropis:
 A. Tumbuhan Autotrophic (dengan butir hijau daun)
     1. Tumbuhan Independent Mekanis
            (a) pohon dan treelets; 
( b) herba.
    2. Tumbuhan Dependent Mekanis 
            (a) pemanjat; 
( b) para pencekik; 
( c) epiphytes ( termasuk semi-parasitic epiphytes).
 B. Tumbuhan Heterotrophic (tanpa butir hijau daun).
     1. Saprophytes.
     2. Parasites.
Jenis  sangat berbeda hubungan taxonomic menyusun synusiae. Seperti halnya  yang dipunyai bentuk hidup umum, banyak juga mempunyai physiognomy yang  sangat serupa. Penyajian yang relatif ttg kelompok ekologis berbeda  dalam berbagai Formasi hutan hujan tropis adalah penting definisi  mereka. Mereka adalah mewakili seluruh hutan hujan dataran rendah yang  hijau tropis. Synusiae terjadi sepanjang daerah tropis di mana saja  Formasi ditemukan.
  
Siklus Pertumbuhan Hutan 
Pohon  ada yang  mati dan secepatnya mati disebabkan umur yang tua, biasanya  dari ujung cabang memutar kembali kepada tajuk, sedemikian sehingga  spesimen hampir mati tua (`overmature' di dalam bahasa rimbawan) adalah  ‘‘stagheaded'', dengan dahan lebat yang diarahkan oleh hilangnya  anggota yang semakin langsing; lubang biasanya berongga pada tingkat  ini. Gugur tajuk ke bawah adalah bagiannya, dan secepatnya batang dan  musim gugur potongan dahan sisanya, sering menyurut oleh suatu hembusan  keras  badai yang diawali dengan angin. Alternatif batang terpisah  sebagai kolom berdiri. Banyak pohon tidak pernah menjangkau tingkat  lanjut seperti itu tetapi diserang mati oleh kilat atau turun satu demi  satu atau di dalam kelompok pada kedewasaan utama mereka atau lebih  awal. Rimbawan mencoba untuk memanen suatu pohon baik sebelum umur tua  hampir matinya.
             Kematian dari suatu pohon individu atau suatu kelompok menghasilkan  suatu gap di dalam kanopi hutan yang memungkinkan pohon lain tumbuh. Ini  pada gilirannya menjangkau kedewasaan dan  barangkali senescence;  kemudian mati. Kanopi Hutan, secara terus menerus mengganti pohon tumbuh  dan mati. Ini merupakan suatu kesatuan hidup dalam keadaan keseimbangan  dinamis. Itu menyenangkan untuk diteliti pertumbuhan ini siklus kanopi  ke dalam tiga fasa: tahap gap, membangun tahap, dan tahap dewasa ( cf.  Watt 1947).
             Tingkat dan pengaturan dari tahap ini berbeda dari hutan ke hutan,  sebagian besar berbeda sebab  faktor yang menyebabkan kematian. Di Hutan  Hujan Dipterocarpaceae selalu hijau pada Malaya Tengah, suatu daerah  dimana gap kecil merupakan hal yang biasa terjadi.
Jumlah  materi tumbuhan baru memproduksi per unit area per unit waktu, yang  dapat disebut netto  produktivitas primer hutan, berbeda antara tiap  tahapan. Tahap gap yang rendah, meningkat ke suatu maksimum di dalam  tahap pertumbuhan, dan merosot sepanjang tahap dewasa ( cf. Watt 1947).
  
Stratifikasi
Hutan  sering dianggap menjadi lapisan atau strata dan formasi hutan berbeda  untuk mendapatkan jumlah strata berbeda & Strata ( Lapisan, atau  tingkat) sering mudah dilihat dalam hutan atau pada suatu diagram  profil, tetapi kadang tidak dapat..
Mungkin  pemakaian umum istilah stratifikasi untuk mengacu pada lapisan total  tingginya pohon, yang kadang-kadang diambil seperti lapisan tajuk pohon.  Pandangan yang klasik lapisan pohon yang selalu hijau dataran rendah  tropis hutan hujan adalah bahwa ada lima strata, A-E. Lapisan A  merupakan lapisan paling tinggi pohon yang paling besar yang biasanya  berdiri seperti terisolasi atau kelompok yang muncul kepala dan bahu, di  atas berlanjut lapisan B, kanopi yang utama. Di bawah B adalah suatu  tingkat pohon lebih rendah, Lapisan C ditunjukan bergabung dalam B  kecuali pada dua poin-poin dekat akhir. Lapisan D adalah berhutan  treelets dan lapisan E forest-floor tumbuh-tumbuhan herba dan semaian  bibit kecil. Bersama-Sama ini lima lapisan menjadi anggota synusiae dari  tumbuhan autotrophic independent mekanis. Dihubungkan dengan Lapisan  struktural ini, sering kasus yang di dalam strata yang lebih rendah  tajuk pohon kebanyakan lebih tinggi dari lebar, dan sebaliknya. 
             Konsep struktural lapisan kelihatan hilang pada alam yang dinamis dari  kanopi hutan hujan, kenyataannya yang tumbuh dalam ditambah sejak  semula. Penambalan pada berbagai ukuran adalah tahap beragam siklum  pertumbuhan hutan. 
             Lapisan bentuk tajuk berhubungan dengan pertumbuhan pohon. Pohon muda  masih bertumbuh tingginya lingkar hampir selalu monopodial, dengan  batang tunggal (ada beberapa perkecualian, sebagai contoh Alstonia),  dan tajuk pada umumnya sempit dan jangkung. Pohon Dewasa kebanyakan  jenis adalah sympodial, tanpa batang pusat tunggal, dan beberapa dahan  melanjut untuk tumbuh menambah lebar tajuk setelah dewasa tingginya  telah dicapai; paling pada umumnya, sympodial tajuk lebih luas dibanding  mereka adalah dalam, terus meningkat sangat dengan meningkatnya umur  pohon. Pohon lebih pendek belum dewasa dibanding yang tinggi. Lapisan  bentuk tajuk begitu sangat diharapkan.
             Pertumbuhan Tinggi kebanyakan jenis pohon menjadi sempurna ketika hanya  antara sepertiga dan setengah mencapai lubang diameter akhir. Diikuti  daun-daunan akan cenderung untuk dipusatkan berlapis-lapis di mana suatu  jenis atau suatu kelompok jenis dari dewasa serupa tingginya  mendominasi suatu posisi, sebagai contoh, di dalam hutan dipterocarp.
             Lapisan struktural kadang-kadang kelihatan pada diagram profil atau di  dalam hutan dan jumlah dan tingginya lapisan akan tergantung pada tahap  atau mewakili tahap siklus pertumbuhan. Tiga lapisan pohon di dalam  pohon hutan hujan tropis yang selalu hijau dataran rendah adalah suatu  yang abstrak menyenangkan menghadirkan status yang umum bangunan dan  tahap dewasa mempertimbangkan bersama-sama. Tetapi pengambilan data dari  suatu area tanpa memperhatikan langkah-langkah yang phasic akan pada  umumnya mengaburkan keberadaan lapisan, kecuali Hutan dengan sedikit  jenis atau kelompok yang mendewasakan pada kemuliaan berbeda.
Penggunaan  lain dari konsep stratifikasi pada ketinggian dimana jenis pohon  tertentu atau bahkan keluarga-keluarga biasanya dewasa. Sebagai contoh,  di Malaya muncul atau yang paling atas lak terdiri kebanyakan kelompok Dipterocarpaceae dan Leguminosae. Tentang Dipterocarpaceae, Dipterocarpus, Dryobalanops, dan Shorea  menyediakan banyak yang muncul dan sebagai pembanding Hopea dan Vatica  pohon yang kecil yang B dan C lapisan. Hanya sedikit dari' yang 53 jenis  Leguminosae Pohon didalam Malaya adalah umum seperti muncul, terutama  jenis Dialium, Koompassia, dan Sindora ( Whitmore 1972d). Hutan hujan  dataran rendah selalu hijau Dipterocarp pada umumnya puncak kanopi pada 45 m, dan umumnya pohon individu mencapai tinggi 60 m. Pohon paling tinggi dicatat adalah Kompassia Excelsa ( 80'72 m Malaya, 83'82 m. Sarawak; Gambar. 4.2, p. 54) dan Dryobalanops aromatica 67'1 m ( Foxworthy 1926). Timur Pilipina dipterocarps  hanya di tempat penting dan kanopi lebih rendah, sebagai contoh, Vitex  cofassus Pometia pinnata di dalam Hutan dataran rendah Bougainville pada  umumnya 30- 35 m tinggi dengan muncul tersebar  sampai 39 m ( Heyligers  1967).
             Burseraceae dan Sapotaceae berlimpah-limpah pada lapisan kanopi utama  di barat Malesia dan lapisan puncak kanopi di timur Malesia. Pada daerah  yang luas ini tingkat umumnya dikatakan lapisan C atau lapisan pohon  bawah berisi kebanyakan jenis dua famili pohon paling besar, Euphorbiaceae dan Rubiaceae, dan banyak Annonaceae, Lauraceae, dan Myristicaceae, di antara yang lain.
             Pohon yang mencapai puncak kanopi terlihat ke atmospir eksternal,  sangat trerisolasi, temperatur tinggi, dan pergerakan angin harus  dipertimbangkan, dan harus yang sesuai diadaptasikan secara fisiologis.  Di dalam kanopi microclimate sungguh berbeda, seperti telah digambarkan  di pendahuluan pada  bab ini  dan dilanjutkan yang berikutnya.  Mengikutinya mungkin salah satu  yang dikenali dari dua kelompok yang  berbeda jenis, menyesuaikan untuk diatur dua kondisi-kondisi ini; dan  menarik seluruh jenis itu, atau bahkan seluruh familinya, memanfaatkan  satu situasi atau yang lain. Jenis yang tumbuh dibawah naungan tetapi  mencapai puncak dari kanopi pada tingkat dewasa dengan hidup di dua  lingkungan sangat berbeda pada tahap berbeda dalam hidup, dan mungkin  berubah secara fisiologis, meskipun demikian data eksperimen masih  sebagian besar kekurangan.
  
Seperti  diketahui, di dalam hutan tropik pohon-pohon membentuk beberapa stratum  yang tersusun satu di atas yang lain dari beberapa tajuk pohonan. Namun  di dalam hutan sedang tidak pernah ditemui lebih dari dua stratum  pohon, bahkan kadangkala hanya terdapat 1 stratum. Sementara itu di  dalam hutan hujan akan didapati 3 stratum bahkan lebih, yang dicirikan  dengan adanya susunan dari pohon-pohon yang diatur dalam tiga tingkatan  yang agak jelas. Tingkat pertama (dominan) membentuk satu kanopi  sempurna. Kanopi merupakan kumpulan tajuk (kesatuan tajuk) atas hutan  yang rata-rata mempunyai ketinggian 20-35 meter dan tumbuhnya rapat  sehingga tajuknya saling bertautan membentuk kesinambungan dan menjadi  atap hutan. Hal ini menyebabkan kondisi sekitar menjadi sejuk atau teduh  tanpa sinar mp-.tahari. Tumbuh-tumbuhan yang terdapat di kanopi umumnya  berdaun tetapi variasinya kurang. Permukaan daun rata dan mengkilap di  kedua sisinya. Di bawahnya terdapat suatu tingkatan lain dari  pohon-pohon besar yang juga membentuk kanopi yang sempurna. Lebih rendah  lagi terdapat suatu tingkatan dari pohon-pohon kecil yang terpencar.
Suatu  stratum pohon dapat membentuk suatu kanopi yang kontinu atau  diskontinu. Hal ini kemungkinan disebabkan adanya tajuk-tajuk yang  saling bersentuhan secara lateral. Istilah kanopi adakalanya sinonim  dengan stratum. Kanopi berarti suatu lapisan yang sedikit banyak kontinu  dari tajuk-tajuk pohon yang tingginya mendekati sama, misalnya  permukaan yang tertutup. Atap dari hutan kadangkala juga disebut kanopi.  Di dalam hutan hujan, permukaan ini dapat dibentuk oleh tajuk-tajuk  dari stratum yang paling tinggi saja.
Stratifikasi tajuk dalam hutan hujan tropika dipisahkan oleh beberapa stratum antara lain:
Stratum  A: Merupakan lapisan teratas terdiri dari pohon-pohon yang tingginya  sekitar 80 meter ke atas, misalnya shorea sp. Di antaranya terdapat juga  pohon yang rendah, tetapi umumnya tinggi pepohonan mencapai rata-rata  40-50 meter dan bertajuk tidak beraturan (diskontinu) sehingga tidak  saling bersentuhan membentuk lapisan yang bersinambungan. Pepohonan  tersebut umumnya mempunyai 3 atau 4lapisan tajuk, batang yang tumbuh  lurus, tinggi, serta batang bebas cabangnya cukup tinggi. Pada hutan  stratum A ini banyak dijumpai liana-liana berbatang tebal, berkayu,  bersifat herba dan epifit. 
Stratum  B: Terdiri dari pohon-pohon yang mempunyai tinggi 1830 meter dengan  tajuk yang beraturan (kontinu). Batang pohon umumnya bercabang dan  batang bebas cabangnya yang tidak begitu tinggi. Jenis pohon pada  stratum ini kurang memerlukan cahaya atau tahan naungan (toleran).
Stratum  C: Terdiri dari pohon-pohon yang mempunyai tinggi 4-18 meter dan  bertajuk kontinu. Pohon-pohon dalam stratum ini rendah, kecil dan  banyak bercabang banyak. Lapisannya bersinambungan dan agak rapat.
Stratum  D: Terdiri dari lapisan perdu dan semak yang mempunyai tinggi 1-4  meter. Termasuk di dalamnya adalah pohonpohon muda, palma-palma kecil,  herba besar dan pakupakuan besar.
Stratum E: Terdiri dari lapisan tumbuh-tumbuhan penutup tanah atau lapisan lapangan yang mempunyai tinggi 0-1 meter.
Di daerah ini banyak dijumpai tanaman anak-anakan dan tumbuhan yang bersifat herba.
Meskipun  sudah dibedakan dalam stratum tetapi tidak menutup kemungkinan  timbulnya perbedaan antar stratum. Hal ini disebabkan keadaan tempat  tumbuh dan komposisi hutan yang berbeda. Misalnya, di dalam hutan hujan  campuran di Nigeria, Guyana dan Kalimantan Utara, tinggi rata-rata  stratum A dapat bervariasi antara 30-42 meter, stratum B antara 18-27  meter dan stratum C antara 8-14 meter.
Antara  stratum A dan terdapat B perbedaan yang jelas karena terdapat  diskontinuitas tajuk yang vertikal. Namun antara stratum B dan C  perbedaan ini umumnya kurang jelas, sehingga hanya dapat dibedakan  berdasarkan tinggi dan bentuk pohon saja. Di samping itu, tidak semua  hutan memiliki stratum seperti di atas, yang berarti hutan hanya  mempunyai stratum A-B atau A-C saja. Tetapi yang penting menurut  Richards (1952) ialah adanya peranan liana (tumbuh-tumbuhan pemanjat)  berkayu yang dapat menjadi bagian dari tajuk hutan.
Pemanfaatan Sampah Organik dan Anorganik
·        Daur Ulang Kertas

 
- Pengertian      daur ulang
Daur ulang adalah salah satu strategi pengelolaan sampah padat yang       terdiri atas kegiatan pemilahan, pengumpulan, pemrosesan,  pendistribusian      dan pembuatan produk/material bekas pakai. 
- Material      yang dapat didaur ulang:
*  Botol bekas wadah kecap,      saos, sirup, krim kopi; baik yang putih  bening maupun yang berwarna      terutama gelas atau kaca yang tebal.
* Kertas, terutama kertas bekas di kantor, koran, majalah, kardus kecuali      kertas yang berlapis (minyak atau plastik)
* Logam bekas wadah minuman ringan, bekas kemasan kue, rangka meja, besi      rangka beton
* Plastik bekas wadah sampo, air mineral, jerigen, ember
* Sampah basah dapat diolah menjadi kompos 
- Cara      mendaur ulang kertas
Kenapa kita perlu mendaur ulang kertas?
Hutan kita setiap harinya ditebangi untuk membuat kertas. Untuk  mengurangi      penebangan ini, kita bisa memakai kertas daur ulang.
Gaya hidup ramah lingkungan dikenal pula dengan semboyan 3R : Reduce,       Reuse & Recycle. Artinya mengurangi tingkat kebutuhan akan  sampah,      menggunakan kembali sampah-sampah yang telah ada dan  mendaur ulang      sampah-sampah yang telah terpakai. Salah satu sampah  yang dapat didaur ulang      adalah kertas. Kertas daur ulang ini  memiliki tekstur yang indah. Dari      kertas daur ulang kita dapat  membuat beraneka ragam kerajinan tangan.
- Bahan yang dibutuhkan:
1. kertas untuk di daur ulang
2. kertas koran
3. ember/baskom
4. blender
5. pemutih
6. saringan
- Langkah daur ulang:
1. kumpulkan kertas bekas
2. potong-potong kertas menjadi potongan kecil
3. masukkan potongan kecil ini ke dalam ember/baskom
4. warna dapat diberikan dengan mencampurkan potongan kertas berwarna
5. campurkan segalon air dengan satu sendok makan pemutih
6. tambahkan air hangat ke potongan kertas, tambahkan air sampai kertas      terendam sempurna
7. rendam kurang lebih satu setengah jam
8. masukkan sebagian kertas yang telah direndam kedalam blender
9. berikan dua gelas air berpemutih ke dalam blender
10. blender adunan ini dengan kecepatan tinggi. Bila sulit tercampur,      tambahkan air
11. setelah menjadi adonan, tuangkan adonan ke dalam ember, ulangi proses      untuk sisa kertas yang lain
12. anda perlu saringan untuk menyaring air yang berlebih dari adonan
13. masukkan saringan anda ke adona dan angkat
14. tekan kelebihan air keluar dari adonan
15. letakkan adonandi atas lembaran tebal kertas koran
16. adonan akan mengering setelah empat hingga tujuh hari   
·        Pemanfaatan sampah plastic
·         Akibat  dari semakin bertambahnya tingkat konsumsi masyarakat serta aktivitas  lainnya maka bertambah pula buangan/limbah yang dihasilkan.  Limbah/buangan yang ditimbulkan dari aktivitas dan konsumsi masyarakat  sering disebut limbah domestik atau sampah. Limbah tersebut menjadi  permasalahan lingkungan karena kuantitas maupun tingkat bahayanya  mengganggu kehidupan makhluk hidup lainnya. Selain itu aktifitas  industri yang kian meningkat tidak terlepas dari isu lingkungan.  Industri selain menghasilkan produk juga menghasilkan limbah. Dan bila  limbah industri ini dibuang langsung ke lingkungan akan menyebabkan  terjadinya pencemaran lingkungan. 
Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi baik 
industri maupun 
domestik (rumah tangga, yang lebih dikenal sebagai 
sampah), yang kehadirannya pada suatu saat dan tempat tertentu tidak dikehendaki 
lingkungan  karena tidak memiliki nilai ekonomis.Jenis limbah pada dasarnya  memiliki dua bentuk yang umum yaitu; padat dan cair, dengan tiga prinsip  pengolahan dasar teknologi pengolahan limbah;
 
·         Limbah  dihasilkan pada umumnya akibat dari sebuah proses produksi yang keluar  dalam bentuk %scrapt atau bahan baku yang memang sudah bisa terpakai.  Dalam sebuah hukum ekologi menyatakan bahwa semua yang ada di dunia ini  tidak ada yang gratis. Artinya alam sendiri mengeluarkan limbah akan  tetapi limbah tersebut selalu dan akan dimanfaatkan oleh makhluk yang  lain. Prinsip ini dikenal dengan prinsip Ekosistem (ekologi sistem)  dimana makhluk hidup yang ada di dalam sebuah rantai pasok makanan akan  menerima limbah sebagai bahan baku yang baru.
·         Limbah Plastik
·         Nama  plastik mewakili ribuan bahan yang berbeda sifat fisis, mekanis, dan  kimia. Secara garis besar plastik dapat digolongkan menjadi dua golongan  besar, yakni plastik yang bersifat thermoplastic dan yang bersifat thermoset. Thermoplastic dapat dibentuk kembali dengan mudah dan diproses menjadi bentuk lain, sedangkan jenis thermoset  bila telah mengeras tidak dapat dilunakkan kembali. Plastik yang paling  umum digunakan dalam kehidupan sehari-hari adalah dalam bentuk thermoplastic.
·         Seiring  dengan perkembangan teknologi, kebutuhan akan plastik terus meningkat.  Data BPS tahun 1999 menunjukkan bahwa volume perdagangan plastik impor  Indonesia, terutama polipropilena (PP) pada tahun 1995 sebesar 136.122,7  ton sedangkan pada tahun 1999 sebesar 182.523,6 ton, sehingga dalam  kurun waktu tersebut terjadi peningkatan sebesar 34,15%. Jumlah tersebut  diperkirakan akan terus meningkat pada tahun-tahun selanjutnya. Sebagai  konsekuensinya, peningkatan limbah plastikpun tidak terelakkan. Menurut  Hartono (1998) komposisi sampah atau limbah plastik yang dibuang oleh  setiap rumah tangga adalah 9,3% dari total sampah rumah tangga. Di  Jabotabek rata-rata setiap pabrik menghasilkan satu ton limbah plastik  setiap minggunya. Jumlah tersebut akan terus bertambah, disebabkan  sifat-sifat yang dimiliki plastik, antara lain tidak dapat membusuk,  tidak terurai secara alami, tidak dapat menyerap air, maupun tidak dapat  berkarat, dan pada akhirnya akhirnya menjadi masalah bagi lingkungan.  (YBP, 1986). 
·         Plastik  juga merupakan bahan anorganik buatan yang tersusun dari bahan-bahan  kimia yang cukup berahaya bagi lingkungan. Limbah daripada plastik ini  sangatlah sulit untuk diuraikan secara alami. Untuk menguraikan sampah  plastik itu sendiri membutuhkan kurang lebih 80 tahun agar dapat  terdegradasi secara sempurna. Oleh karena itu penggunaan bahan plastik  dapat dikatakan tidak bersahabat ataupun konservatif bagi lingkungan  apabila digunakan tanpa menggunakan batasan tertentu. Sedangkan di dalam  kehidupan sehari-hari, khususnya kita yang berada di  Indonesia,penggunaan bahan plastik bisa kita temukan di hampir seluruh  aktivitas hidup kita. Padahal apabila kita sadar, kita mampu berbuat  lebih untuk hal ini yaitu dengan menggunakan kembali (reuse) kantung  plastik yang disimpan di rumah. Dengan demikian secara tidak langsung  kita telah mengurangi limbah plastik yang dapat terbuang percuma setelah  digunakan (reduce). Atau bahkan lebih bagus lagi jika kita dapat  mendaur ulang plastik menjadi sesuatu yang lebih berguna (recycle).  Bayangkan saja jika kita berbelanja makanan di warung tiga kali sehari  berarti dalam satu bulan satu orang dapat menggunakan 90 kantung plastik  yang seringkali dibuang begitu saja. Jika setengah penduduk Indonesia  melakukan hal itu maka akan terkumpul 90×125 juta=11250 juta kantung  plastik yang mencemari lingkungan. Berbeda jika kondisi berjalan  sebaliknya yaitu dengan penghematan kita dapat menekan hingga nyaris 90%  dari total sampah yang terbuang percuma. Namun fenomena yang terjadi  adalah penduduk Indonesia yang masih malu jika membawa kantung plastik  kemana-mana. Untuk informasi saja bahwa di supermarket negara China,  setiap pengunjung diwajibkan membawa kantung plastik sendiri dan apabila  tidak membawa maka akan dikenakan biaya tambahan atas plastik yang  dikeluarkan pihak supermarket.
·         Pengelolaan Limbah Plastik Dengan Metode Recycle (Daur Ulang)
·         Pemanfaatan  limbah plastik merupakan upaya menekan pembuangan plastik seminimal  mungkin dan dalam batas tertentu menghemat sumber daya dan mengurangi  ketergantungan bahan baku impor. Pemanfaatan limbah plastik dapat  dilakukan dengan pemakaian kembali (reuse) maupun daur ulang (recycle).  Di Indonesia, pemanfaatan limbah plastik dalam skala rumah tangga  umumnya adalah dengan pemakaian kembali dengan keperluan yang berbeda,  misalnya tempat cat yang terbuat dari plastik digunakan untuk pot atau  ember. Sisi jelek pemakaian kembali, terutama dalam bentuk kemasan  adalah sering digunakan untuk pemalsuan produk seperti yang seringkali  terjadi di kota-kota besar (Syafitrie, 2001).
·         Pemanfaatan  limbah plastik dengan cara daur ulang umumnya dilakukan oleh industri.  Secara umum terdapat empat persyaratan agar suatu limbah plastik dapat  diproses oleh suatu industri, antara lain limbah harus dalam bentuk  tertentu sesuai kebutuhan (biji, pellet, serbuk, pecahan), limbah harus  homogen, tidak terkontaminasi, serta diupayakan tidak teroksidasi. Untuk  mengatasi masalah tersebut, sebelum digunakan limbah plastik diproses  melalui tahapan sederhana, yaitu pemisahan, pemotongan, pencucian, dan  penghilangan zat-zat seperti besi dan sebagainya (Sasse et al.,1995).
·         Terdapat  hal yang menguntungkan dalam pemanfaatan limbah plastik di Indonesia  dibandingkan negara maju. Hal ini dimungkinkan karena pemisahan secara  manual yang dianggap tidak mungkin dilakukan di negara maju, dapat  dilakukan di Indonesia yang mempunyai tenaga kerja melimpah sehingga  pemisahan tidak perlu dilakukan dengan peralatan canggih yang memerlukan  biaya tinggi. Kondisi ini memungkinkan berkembangnya industri daur  ulang plastik di Indonesia (Syafitrie, 2001).
·         Pemanfaatan  plastik daur ulang dalam pembuatan kembali barang-barang plastik telah  berkembang pesat. Hampir seluruh jenis limbah plastik (80%) dapat  diproses kembali menjadi barang semula walaupun harus dilakukan  pencampuran dengan bahan baku baru dan additive untuk meningkatkan  kualitas (Syafitrie, 2001). Menurut Hartono (1998) empat jenis limbah  plastik yang populer dan laku di pasaran yaitu polietilena (PE), High  Density Polyethylene (HDPE), polipropilena (PP), dan asoi.
·         Plastik Daur Ulang Sebagai Matriks
·         Di  Indonesia, plastik daur ulang sebagian besar dimanfaatkan kembali  sebagai produk semula dengan kualitas yang lebih rendah. Pemanfaatan  plastik daur ulang sebagai bahan konstruksi masih sangat jarang ditemui.  Pada tahun 1980 an, di Inggris dan Italia plastik daur ulang telah  digunakan untuk membuat tiang telepon sebagai pengganti tiang-tiang kayu  atau besi. Di Swedia plastik daur ulang dimanfaatkan sebagai bata  plastik untuk pembuatan bangunan bertingkat, karena ringan serta lebih  kuat dibandingkan bata yang umum dipakai (YBP, 1986).
·         Pemanfaatan  plastik daur ulang dalam bidang komposit kayu di Indonesia masih  terbatas pada tahap penelitian. Ada dua strategi dalam pembuatan  komposit kayu dengan memanfaatkan plastik, pertama plastik dijadikan  sebagai binder sedangkan kayu sebagai komponen utama; kedua kayu  dijadikan bahan pengisi/filler dan plastik sebagai matriksnya.  Penelitian mengenai pemanfaatan plastik polipropilena daur ulang sebagai  substitusi perekat termoset dalam pembuatan papan partikel telah  dilakukan oleh Febrianto dkk (2001). Produk papan partikel yang  dihasilkan memiliki stabilitas dimensi dan kekuatan mekanis yang tinggi  dibandingkan dengan papan partikel konvensional. Penelitian plastik daur  ulang sebagai matriks komposit kayu plastik dilakukan Setyawati (2003)  dan Sulaeman (2003) dengan menggunakan plastik polipropilena daur ulang.  Dalam pembuatan komposit kayu plastik daur ulang, beberapa polimer  termoplastik dapat digunakan sebagai matriks, tetapi dibatasi oleh  rendahnya temperatur permulaan dan pemanasan dekomposisi kayu (lebih  kurang 200°C).
·        Pembuatan Pupuk kompos
·         Kompos  adalah hasil penguraian parsial/tidak lengkap dari campuran bahan-bahan  organik yang dapat dipercepat secara artifisial oleh populasi berbagai  macam mikroba dalam kondisi lingkungan yang hangat, lembab, dan aerobik  atau anaerobik (Modifikasi dari J.H. Crawford, 2003). Sedangkan pengomposan  adalah proses dimana bahan organik mengalami penguraian secara  biologis, khususnya oleh mikroba-mikroba yang memanfaatkan bahan organik  sebagai sumber energi. Membuat kompos adalah mengatur dan mengontrol  proses alami tersebut agar kompos dapat terbentuk lebih cepat. Proses  ini meliputi membuat campuran bahan yang seimbang, pemberian air yang  cukup, mengaturan aerasi, dan penambahan aktivator pengomposan.
·         Sampah terdiri dari dua bagian, yaitu bagian organik dan anorganik. Rata-rata persentase bahan organik 
sampah  mencapai ±80%, sehingga pengomposan merupakan alternatif penanganan  yang sesuai. Kompos sangat berpotensi untuk dikembangkan mengingat  semakin tingginya jumlah sampah organik yang dibuang ke tempat  pembuangan akhir dan menyebabkan terjadinya polusi bau dan lepasnya gas  metana ke udara. 
DKI Jakarta  menghasilkan 6000 ton sampah setiap harinya, di mana sekitar 65%-nya  adalah sampah organik. Dan dari jumlah tersebut, 1400 ton dihasilkan  oleh seluruh 
pasar  yang ada di Jakarta, di mana 95%-nya adalah sampah organik. Melihat  besarnya sampah organik yang dihasilkan oleh masyarakat, terlihat  potensi untuk mengolah sampah organik menjadi pupuk organik demi  kelestarian lingkungan dan kesejahteraan masyarakat 
 
Jenis-jenis kompos
- Kompos      cacing (vermicompost),  yaitu kompos yang terbuat dari bahan      organik yang dicerna oleh  cacing. Yang menjadi pupuk adalah kotoran cacing      tersebut.
 
- Kompos      bagase, yaitu pupuk yang terbuat dari ampas tebu sisa penggilingan      tebu di pabrik gula.
 
- Kompos      bokashi.
 
 Manfaat Kompos
Kompos  memperbaiki struktur tanah dengan meningkatkan kandungan bahan organik  tanah dan akan meningkatkan kemampuan tanah untuk mempertahankan  kandungan air tanah. Aktivitas mikroba tanah yang bermanfaat bagi  tanaman akan meningkat dengan penambahan kompos. Aktivitas mikroba ini  membantu tanaman untuk menyerap unsur hara dari tanah. Aktivitas mikroba  tanah juga diketahui dapat membantu tanaman menghadapi serangan  penyakit.
Tanaman yang dipupuk dengan kompos juga cenderung lebih baik kualitasnya  daripada tanaman yang dipupuk dengan pupuk kimia, misal: hasil panen  lebih tahan disimpan, lebih berat, lebih segar, dan lebih enak.
Kompos memiliki banyak manfaat yang ditinjau dari beberapa aspek:
Aspek Ekonomi :
- Menghemat      biaya untuk transportasi dan penimbunan limbah
 
- Mengurangi      volume/ukuran limbah
 
- Memiliki      nilai jual yang lebih tinggi dari pada bahan asalnya
 
Aspek Lingkungan :
- Mengurangi       polusi udara karena pembakaran limbah dan pelepasan gas metana  dari sampah      organik yang membusuk akibat bakteri metanogen di  tempat pembuangan sampah
 
- Mengurangi      kebutuhan lahan untuk penimbunan
 
Aspek bagi tanah/tanaman:
- Meningkatkan      kesuburan tanah
 
- Memperbaiki      struktur dan karakteristik tanah
 
- Meningkatkan      kapasitas penyerapan air oleh tanah
 
- Meningkatkan      aktivitas mikroba tanah
 
- Meningkatkan      kualitas hasil panen (rasa, nilai gizi, dan jumlah panen)
 
- Menyediakan      hormon dan vitamin bagi tanaman
 
- Menekan      pertumbuhan/serangan penyakit tanaman
 
- Meningkatkan      retensi/ketersediaan hara di dalam tanah
 
Peran bahan organik terhadap sifat fisik tanah diantaranya  merangsang granulasi, memperbaiki aerasi tanah, dan meningkatkan  kemampuan menahan air. Peran bahan organik terhadap sifat biologis tanah  adalah meningkatkan aktivitas mikroorganisme yang berperan pada fiksasi  nitrogen dan transfer hara tertentu seperti N, P, dan S. Peran bahan  organik terhadap sifat kimia tanah adalah meningkatkan kapasitas tukar  kation sehingga mempengaruhi serapan hara oleh tanaman (Gaur, 1980).
Beberapa studi telah dilakukan terkait manfaat kompos bagi tanah dan  pertumbuhan tanaman. Penelitian Abdurohim, 2008, menunjukkan bahwa  kompos memberikan peningkatan kadar Kalium pada tanah lebih tinggi dari  pada 
kalium yang disediakan 
pupuk NPK,  namun kadar fosfor tidak menunjukkan perbedaan yang nyata dengan NPK.  Hal ini menyebabkan pertumbuhan tanaman yang ditelitinya ketika itu,  caisin (
Brassica oleracea), menjadi lebih baik dibandingkan dengan NPK.
Hasil penelitian Handayani, 2009, berdasarkan hasil 
uji Duncan, 
pupuk cacing (
vermicompost) memberikan hasil pertumbuhan yang terbaik pada pertumbuhan bibit Salam (
Eugenia polyantha Wight) pada media tanam 
subsoil. Indikatornya terdapat pada diameter batang, dan sebagainya. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa penambahan 
pupuk anorganik tidak memberikan efek apapun pada pertumbuhan 
bibit, mengingat media tanam 
subsoil merupakan media tanam dengan 
pH  yang rendah sehingga penyerapan hara tidak optimal. Pemberian kompos  akan menambah bahan organik tanah sehingga meningkatkan kapasitas tukar 
kation tanah dan mempengaruhi serapan hara oleh tanah, walau tanah dalam keadaan masam.
Dalam sebuah artikel yang diterbitkan Departemen Agronomi dan Hortikultura, 
Institut Pertanian Bogor menyebutkan bahwa 
kompos bagase (kompos yang dibuat dari 
ampas tebu) yang diaplikasikan pada tanaman tebu (
Saccharum officinarum L)  meningkatkan penyerapan nitrogen secara signifikan setelah tiga bulan  pengaplikasian dibandingkan degan yang tanpa kompos, namun tidak ada  peningkatan yang berarti terhadap penyerapan 
fosfor, 
kalium, dan 
sulfur.  Penggunaan kompos bagase dengan pupuk anorganik secara bersamaan tidak  meningkatkan laju pertumbuhan, tinggi, dan diameter dari batang, namun  diperkirakan dapat meningkatkan rendemen gula dalam tebu.
       Petunjuk Teknis Pembuatan Pupuk Kompos dan Pupuk Cair        
Pupuk Kompos
Di  masa sekarang ini banyak orang yang menggunakan pupuk anorganik. Orang  belum banyak menyadari bahwa pupuk anorganik itu bisa membuat tanaman  tumbuh dengan baik namun juga dapat merusak struktur tanah yang ada,  jika kebanyakan penggunaan yang tidak teratur dan berlebihan. Oleh  karena itu kita harus mengubahnya pola penggunaan pupuk anorganik dengan  pupuk organik. Salah satu contoh pupuk organik adalah pupuk kompos dan  pupuk cair. 
Pupuk kompos ini terbuat dari kotoran ternak yang diolah lebih lanjut dan dengan bantuan probiotik. Penggunaan pupuk kompos ini mempunyai beberapa keuntungan, antara lain:
Memperbaiki struktur tanah berlempung sehingga menjadi ringan,
Memperbesar daya ikat tanah berpasir sehingga tanah tidak berderai,
Menambah daya ikat air pada tanah,
Memperbaiki drainase dan tata udara dalam tanah,
Mempertinggi daya ikat tanah terhadap zat hara,
Mengandung hara ynag lengkap, walaupun jumlahnya sedikit,
Membantu proses pelapukan bahan mineral,
Memberi ketersediaan bahan makanan bagi mikrobia.
Bahan Yang Dibutuhkan
Bahan  yang dibutuhkan dalam pembuatan kompos adalah kototran ternak sapi,  jerami padi, abu dapur, bakteri starter, dan kapur. Alat-alat yang  digunakan dalam pembuatan pupuk kompos ini adalah cangkul, sekop, ember,  sabit.