Tampilkan postingan dengan label budidaya perairan. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label budidaya perairan. Tampilkan semua postingan

Jumat, 15 Maret 2013

Cara Budidaya Ikan Koi



Cara Budidaya Ikan Koi




Ikan Koi termasuk ke dalam golongan ikan carp (karper). Harga Koi sangat ditentukan berdasarkan bentuk badan dan kualitas tampilan warna. Ikan koi pertama kali dikenal pada dinasti Chin tahun 265 dan 316 Masehi. Koi dengan keindahan warna dan tingkah laku seperti yang kita ketahui saat ini, mulai dikembangkan di Jepang 200 tahun yang lalu di pegunungan Niigata oleh petani Yamakoshi.




Pemuliaan yang dilakukan bertahun-tahun menghasilkan garis keturunan yang menjadi standar penilaian koi. Beberapa varietas yang tersebar ke seluruh dunia digolongkan Asosiasi Koi Jepang (en Nippon Airinkai) menjadi 13 kelompok antara lain: Bekko, Utsurinomo, Asagi-Shusui, Goromo, Kawarimono, Ogon dan Hikari-moyomono. Sedangkan 5 golongan utama yaitu Kohaku, Sanke, Showa, Hirarinuji dan Kawarigoi.
Taksonomi koi adalah sebagai berikut:

Philum : Chordata
Kelas : Actinopterygii
Ordo : Cyprinoformes
Famili : Cyprinidae
Genus : Cyprinus
Spesies: Carpio

Nilai koi tergantung dari ukuran, bentuk serta keseimbangan pola dan intensitas warna kulit. Koi terbaik adalah yang memiliki intensitas, keseimbangan dan kejernihan warna terbaik. Membeli koi kecil sebaiknya dipilih yang memiliki kepala terbesar, biasanya akan tumbuh menjadi ikan dengan tubuh besar. Bentuk yang paling baik adalah seperti “torpedo”.


1. Pemilihan lokasi & konstruksi wadah

Ikan koi secara alami hidup di air deras sehingga membutuhkan air jernih dan berkadar oksigen tinggi. Pemeliharaan ikan koi yang terbaik adalah di kolam sehingga mudah mendapatkan makanan alami dan sinar matahari untuk merangsang pewarnaan tubuh. Kolam sebagian dinaungai karena sinar matahari yang terlalu banyak menyebabkan suhu air kolam meningkat dan air kolam menjadi keruh akibat blooming fitoplankton.
Koi berukuran kecil dapat ditempatkan di akuarium, walaupun ini tidak dapat menjadi habitat permanen. Bila dipelihara dalam kelompok, koi akan belajar untuk tidak mengganggu ikan yang berukuran sama, tetapi memakan ikan yang lebih kecil. Koi suka menggali dasar kolam sehingga menyebabkan akar tanaman rusak.

2. Teknik Budidaya


2.1 Kualitas Air

Air merupakan media hidup dan mempengaruhi kualitas tampilan ikan koi sehingga perlu mendapat perhatian. Kualitas air untuk mendukung perkembangan koi secara optimum adalah sebagai berikut:
suhu air berkisar 24-26oC,
pH 7,2-7,4 (agak basa),
oksigen minimal 3-5 ppm,
CO2 max 10 ppm,
nitrit max 0,2.
Air yang digunakan harus terdeklorinisasi atau sudah disaring dan diendapkan 24 jam. Air yang digunakan untuk pemijahan dan penetasan telur sebaiknya memiliki kandungan oksigen dan suhu yang stabil. Untuk menjamin tersedianya oksigen dapat digunakan aerator, sedangkan suhu pada bak pemijahan diusahakan sama dengan suhu air kolam dengan tingkat perbedaan (fluktuasi) kurang dari 5oC.


2.2. Pakan

Koi adalah bottom feeder (pemakan di dasar) dan omnivora (pemakan segala). Meski demikian ia biasa makan apa saja yang bisa dimakan, seperti pucuk daun, atau berburu cacing di dasar sungai. Maka inilah guna dari sungut yang ada pada mulut ikan. Pakan buatan untuk pembesaran koi dapat diberikan dalam bentuk butiran (pellet). Sumber protein utama adalah formulasi kombinasi antara bahan nabati (misalnya tepung kedelai, tepung jagung, tepung gandum, tepung daun, dll) dan bahan hewani (seperti; tepung ikan, tepung kepala udang, tepung cumi,kekerangan dll) serta multivitamin dan mineral seperti Ca, Mg, Zn, Fe, Co sebagai pelengkap pakan.

Kualitas pakan sangat menentukan tampilan warna sebagai daya tarik ikan koi sendiri, sehingga banyak upaya telah dilakukan dengan menggunakan bahan pakan yang mengandung zat pigmen seperti karotin (warna jingga), rutin (kuning) dan astasantin (merah). Zat-zat tersebut terkandung pada tubuh hewan dan tumbuhan tertentu seperti wortel mengandung zat karotin; sedangkan ganggang, chlorella, kubis, cabai hijau mengandung rutin; spirulina, kepiting, udang mengandung astasantin. Para pembudidaya saat ini tidak perlu lagi menyiapkan pakan sendiri karena sudah tersedia di pasaran pakan koi yang sudah di formulasi sesuai dengan kebutuhan nutrisi dan zat untuk pembentukan warna ikan koi.

Pakan alami atau pakan hidup misalnya cacing darah, cacing
tanah, daphnia, cacing tubifex cocok diberikan pada benih koi (hingga bobot 50 g/ekor) karena lebih mudah dicerna oleh benih sesuai dengan kondisi sistem pencernaan, selain itu koi juga dapat memakan phitoplankton dalam kolam.

Jumlah pakan diberikan berdasarkan jumlah ikan (bobot biomassa) dalam kolam dengan kisaran kebutuhan 3-5 % per-hari, dengan frekuensi pemberian 2-3 kali per-hari hal ini juga disesuaikan dengan kondisi ikan dan media air pemeliharaannya.

Menurut pengalaman dan penelitian bertahun – tahun, ditemukanlan bahan – bahan aktif yang dapat ditambahkan untuk membuat warna koi lebih cemerlang. Koi yang dipelihara di kolam Lumpur ternyata memiliki kualitas warna yang lebih cemerlang dibandingkan dengan yang dipelihara di kolam tembok. Ternyata ikan loi tersebut banyak menyantap ganggang yang memang  tumbuh di Lumpur. Ganggang yang dimakan koi mengandung banyak zat karoten. Maka kalau anda ingin menambah warna ikan lebih cemerlang beri makan “krill”, paprika, dan daun marigold, semuanya dapat anda campurkan dalam makanannya. Banyak makanan sumber karoten ini sudah dalam bentuk extract sehingga mudah dicampurkan dengan pellet atau roti.


2.3. Pembenihan

Kolam pemijahan tidak mungkin menjadi satu dengan kolam taman. Kolam pemijahan harus mempunyai pintu pemasukan dan pintu pengeluaran air tersendiri.Selain itu, seluruh kolam harus diplester dan bisa dikeringkan dengan sempurna.

Luas kolam pemijahan bervariasi. Untuk kolam sempit dapat menggunakan kolam seluas 3-6 m2 dengan kedalaman 0,5 m. Lokasi kolam cukup mendapatkan sinar matahari, tidak terlalu ribut, terlindung dari jangkauan anak-anak dan binatang peliharaan lain.

Jika mungkin, sediakan juga kolam penetasan telur dan perawatan benih. Kolam penetasan, bentuknya bisa persegi panjang atau bulat. Kalau kolam bulat, diameternya antara 1,5-2 m.
Satu kolam lagi jika ada, yaitu kolam untuk menumbuhkan pakan alami yang dipakai untuk lmensuplai pakan benih jika kuning telurnya telah habis. Kedalaman kolam sekitar 30 cm. Luas kolam antara 6-10 m2, cukup memadai.

Bagi yang memiliki uang cukup, dinding kolam bisa dilapis vinil yaitu bahan yang biasa untuk membuat bak fiberglass. Dengan lapisan vinil, kolam-kolam tersebut lebih terjamin kebersihannya dan efek dari semen bisa dihilangkan.

Induk yang baik adalah yang memiliki pola warna bervariasi yang cerah simetris dengan bentuk tubuh seperti terpedo dengan berat badan minimal 1 kg. Kebanyakan pembudidaya memilih untuk membeli koi berkualitas baik untuk calon induk dengan ukuran 5-8 cm yang harganya murah untuk dibesarkan menjadi induk.
Secara alami, carp memijah pada musim semi dan menjadi matang gonad dengan menaikkan suhu air. Induk jantan dan betina ditempatkan dalam wadah terpisah (untuk menghindari bertelur yang tidak diinginkan) dan tidak diberi pakan selama beberapa hari.

Koi dapat memijah secara alami dan buatan yaitu dengan rangsangan hormon yang disuntikkan pada tubuh induk betina untuk mempercepat proses pembuahan. Penyuntikan Pituitary Gland (PG, nama dagang ovaprim) dengan dosis 0,2 mg/kg bobot ikan untuk satu kali penyuntikan.

Ovulasi akan terjadi 10 jam setelah penyuntikan. Sistem pemijahan tanpa pengurutan/stripping ini disebut pemijahan semi alami yang lebih aman karena tanpa melukai ikan. Bila ikan sulit melakukan pemijahan alami sehingga perlu bantuan proses pembuahan buatan, maka dilakukan pengurutan telur dan sperma (stripping) yang merupakan pilihan terakhir.

Induk betina dalam sekali pemijahan dapat menghasilkan 75.000 telur/kg berat badan. Perbandingan jumlah induk dalam proses pemijahan adalah 2 betina dan 1 jantan. Biasanya telur yang dikelurkan oleh induk betina menempel pada substrat (injuk) yang segera dibuahi oleh sperma jantan. Setelah telur dibuahi sebaiknya dipisahkan dari induk, dengan memindahkan induk dari wadah pemijahan atau sebaliknya telur yang diangkat dan dipindahkan kedalam wadah penetasan.



2.4. Pendederan


Telur yang sudah dibuahi akan menetas setelah 24-48 jam tergantung suhu. Selama penetasan, kepadatan telur adalah 1 kg per 5 liter air. Larva yang baru menetas belum memerlukan pakan selama 3-4 hari, karena masih mempunyai kantong kuning telur.

Menjelang kuning telur habis, perlu diberikan pakan alami berupa naupli artemia atau pakan alami lainnya yang seukuran. Kemudian secara bertahap dapat diberikan pakan buatan berupa butiran kering(pellet). Dalam 5 hari sesudahnya 1 juta larva memerlukan 7 kg artemia, atau sekitar 0,5-2 kg per hari. Pada tahap ini larva ditebar pada kepadatan 20-40 larva/liter. Untuk menghasilkan 1 juta fingerling memerlukan sekitar 25kg telur artemia. Sintasan selama 9 hari adalah 50-80%. Ikan yang seberat 10 mg dapat dijual seharga US$ 0,25 atau sekitar Rp. 2.500,-.

Larva yang berbobot 0,25 g diberikan pakan buatan (butiran) kering dan dapat didederkan ke kolam hingga ukuran fingerling (2 gram). Pendederan terbagi atas 2 tahap yaitu pendederan I selama 2 bulan pemeliharaan hingga larva mencapai ukuran fingerling (2-3 cm). Pendederan II dilakukan dalam kolam yang diolah untuk menumbuhkan pakan alami dan dilakukan seleksi dan penjarangan (mengurangi kepadatan). Penjarangan bertujuan untuk memberi ruang gerak yang cukup bagi ikan koi. Seleksi bertujuan untuk mendapatkan ikan Koi berkualitas baik.

Waktu yang diperlukan dari telur hingga mencapai ukuran fingerling (2 gram) adalah 6-8 minggu dengan nilai sintasan (SR) 55%. Sedangkan untuk mencapai ukuran 5-8 cm diperlukan waktu 4 bulan. Kualitas ikan koi (pola dan warna) bergantung dari tetuanya. Dari hasil seleksi ukuran fingerling, yang afkir mencapai 25-50%. Dari 1 juta telur dapat dihasilkan 225.000-338.000 ekor fingerling berkualitas baik (22–33 %).


2.5. Pewarnaan

Kualitas koi ditentukan oleh pola warna, kesesuaian jenis koi dan kejelasan warna. Pola warna yang simetris dengan batasan jelas antar warna menunjukkan kualitas yang baik.

Genotip menentukan jumlah dan jenis sel pigmen serta kromatofora. Kromatofora menghasilkan warna juga dipengaruhi otak ikan. Ikan pada wadah gelap cenderung berwarna gelap, begitu pula sebaliknya. Warna dapat berubah bila ikan mengalami tekanan (stres). Biasanya ikan yang tumbuh lambat mempunyai warna yang lebih baik daripada ikan yang tumbuh cepat karena pigmen bisa diubah dan digunakan untuk pertumbuhan tubuh. Seumur hidupnya, ikan koi dapat menyimpan dan menggunakan pigmen. Koi muda yang berwarna pucat apabila diberikan pakan berpigmen selama 6 minggu sebelum dipasarkan akan berwarna menarik. Intensitas warna tergantung dari jumlah pigmen dalam kromatofora. Pigmen dapat muncul dengan adanya karotenoid dalam pakan.


2.6. Pra Panen

Koi tumbuh sekitar 2 cm per bulan dan pada usia 60 tahun dapat mencapai panjang hingga 1 m. Bila ikan Koi telah mencapai ukuran pasar yaitu 20 cm dapat dipanen dan dilakukan seleksi akhir, dengan memisah-misahkan jenis, ukuran dan pola warna tubuhnya. Dari hasil seleksi ini, Koi yang terpilih dibesarkan di dalam bak atau kolam semen sambil menunggu harga pasar yang baik.

Dalam penampungan akhir ini, ikan dapat diperbaiki bentuknya, jika terlalu gemuk dibuat langsing atau yang terlalu kurus dibuat lebih gemuk. Pemeliharaan berikutnya diusahakan tidak terlalu padat, akan lebih baik jika dalam bak dilengkapi aerator sehingga kesegaran air terjamin dan dengan pemberian pakan yang baik dapat meningkatkan kualitas warna tubuh ikan Koi.    agusnaidi.blogspot.com

CARA BUDIDAYA IKAN GURAME




CARA BUDIDAYA IKAN GURAME




Ikan gurame termasuk jenis ikan konsumsi yang sangat digemari

 masyarakat.

Oleh karena itu ikan gurame ini memiliki nilai jual yang tinggi.

Jadi tidak ada salahnya jika membudidayakan ikan gurame seandainya

 memiliki

pekarangan yang cukup luas untuk membudidayakannya.

Dalam membudidayakan ikan ini sebenarnya tidak sulit karna tidak

memerlukan

 air mengalir.

Untuk membudidayakan ikan gurame yang dibutuhkan adalah

kesabaran yang tinggi melihat proses pertumbuhan dan pemijahannya

 yang relatif lama.


Jenis ikan gurame yang dikenal oleh masyarakat indonesia

berdasarkan

bentuknya ada dua. yaitu ikan gurame angsa (soang) yang

memiliki bentuk

 tubuh relatif panjang serta sisik yang lebar dan bisa tumbuh mencapai

ukuran 65cm 

dengan bobot mencapai 8kg. Dan gurame jepang yang memiliki

 ukuran tubuh relatif lebih kecil serta sisik yang lebih kecil pula

dan bisa tumbuh mencapai ukuran 45cm dengan bobot 4,5kg.

 Sedangkan jika dibedakan dari warnanya ikan gurame memiliki

 tiga jenis warna. yaitu gurame hitam, putih dan belang.


Untuk membudidayakan ikan gurame sebaiknya harus mempelajari sifat,

tingkah laku dan habitat dari ikan gurame terlebih dahulu. 

Setelah mengetahui sifat, tingkah dan habitatnya barulah bisa melakukan

 budidaya ikan gurame.

Tujuan dari mempelajari sifat, tingkah laku dan habitatnya 

adalah untuk membantu mempermudah serta mengurangi

 kegagalan yang mungkin terjadi dalam proses budidaya.


Untuk membudidayakan ikan gurami sebaiknya pilihlah induk

 yang sehat,

 tidak cacat dan berusia minimal 3 tahun. Untuk membedakan

 jenis kelamin jantan

 dan betianya bisa dengan cara melihat sirip dada (dorsal fin)

yang berwarna gelap atau kehitaman, warna dagu yang sedikit

putih atau

 mendekati coklat dan jika diletakkan dilantai tidak menunjukkan

 reaksi apa-apa

untuk ikan gurame betina.

 dan jika ikan gurame jantan memiliki sirip dada (dorsal fin) berwarna

 terang atau putih,

 memiliki wana dagu relatif kuning dan jika diletakkan dilantai

akan menimbulkan

 reaksi dengan mengangkat pangkal sirip ekornya keatas.




Untuk pemijahan ikan gurame bisa menggunakan kolam

 berukuran 2m X 3m dengan

kedalaman kurang lebih 50cm. yang mana pada dasar kolam

telah diletakkan jerami atau

rumput yang sudah kering. Kemudian setelah kolam sudah

dipersiapkan barulah

 ikan gurame jantan dan betina bisa dimasukkan dengn

perbandingan 1 : 2-5 (boleh lebih).

 Dengan harapan ikan gurame jantan

 bisa mengawini betinanya sebanyak-banyaknya.

Biasanya ikan gurame jantan

 tidak langsung membuat sarang. Melainkan akan beradaptasi

telebih dahulu dengan

 lingkungannya yang baru.

Dan setelah memasuki hari ke15 dari pelepasan pada kolam

pemijahan ikan gurame

 baru akan mulai membangun sarang untuk proses pemijahan.

 Ikan gurami jantan

 akan kembali membuat

 sarang yang baru setelah melakikan pemijahan dengan satu betina.


Sebaiknya setelah proses pemijahan selesai sarang yang

menjadi tempat telur gurami

 segera diambil untuk ditetaskan dalam aquarium atau bak.

Proses ini bertujuan agar Telur

yang sudah dibuahi tadi bisa menetas semua. Biasanya

 telur ikan gurame ini akan menetas

 setelah 30-36 jam.

 Selama lima hari dari menetas larva ikan gurame ini

 tidak perlu diberi makanan tambahan dulu.

 Namun satelah lewat dari hari kelima barulah benih ini

 diberikan pakan tambahan.

 Oleh karena itu bisa diberikan infusoria jika benih masih

belum dideder dalam kolam pendederan.


Persiapkan kolam pendederan terlebih dahulu dengan

proses pengeringn dan

pemupukan yang kurang lebih memakan waktu selama

satu minggu.

 Jadi sebaiknya persiapkan kolam pendederan sejak induk

 mulai membangun sarang tadi.

 Setelah kolam pendederan siap barulah benih ikan gurami

dimasukkan dalam

 kolam secara hati-hati dan perlahan. Padat tebar pendederan

ini bisa dengan

kepadatan 50-100 ekor/m2.


Jika memungkinkan pada usia benih berusia 7 hari sudah

bisa dijual

 di pasaran atau pada pendeder ikan.


Semoga bermanfaat, Amien...agusnaidi.blogspot.com




Selasa, 12 Maret 2013

TEKNIK PEMBENIHAN IKAN GURAMI


TEKNIK PEMBENIHAN IKAN GURAMI

PENDAHULUAN

Ikan gurami merupakan ikan asli Asia Tenggara yang penyebarannya meliputi beberapa wilayah Indonesia seperti Pulau Jawa, Sumatra & Kalimantan. Pada habitat awalnya ikan ini merupakan asli sungai ataupun rawa, ikan gurami merupakan herbivora atau pemakan daun-daunan, dan termasuk ikan yang mempunyai alat pernapasan tambahan berupa labirint.
Ikan gurami terkenal dengan pertumbuhan yang lambat sehingga hal ini memberikan peluang bagi para pembudidaya untuk lebih mengembangkan cara budidaya yang baik, praktis dan efisien untuk mempercepat laju pertumbuhan ikan gurami. Kegiatan pemeliharaan ikan gurami terbagi atas segmentasi pemeliharaan yang panjang, mulai dari proses pemijahan yang menghasilkan telur hingga proses pendederan mencapai beberapa tahapan pendederan.

MORFOLOGI INDUK BETINA DAN INDUK JANTAN

URAIAN                              BETINA                                           JANTAN

Dahi                                 Tidak ada Penonjolan                        Ada Penonjolan

Dasar Sirip                       Gelap/Kehitaman                               Terang
Dada

Tutup Insang                     Putih Kecoklatan                               Kekuningan

Sirip Ekor                         Ujung sirip ekor                                 Ujung sirip tampak rata,
                                         tampak melengkung &                       bila ditidurkan bergerak-gerak
                                         tidak bergerak                                   ke atas

Induk Gurami Betina

Induk Gurami Jantan
 
PEMILIHAN INDUK SIAP PIJAH

Ciri-ciri induk jantan siap pijah adalah adanya benjolan di kepala bagian atas, rahang bawah yang tebal, dan tidak adanya bintik hitam pada kelopak sirip dada. Warna tubuhnya memerah berbintik hitam terang dengan perut membentuk sudut tumpul, bila bagian perut ditekan akan mengeluarkan sperma berwarna putih. Sedangkan induk betina yang siap pijah ditandai dengan bentuk kepala bagian atas datar, rahang bawah tipis, dan adanya bintik hitam pada kelopak sirip dada. Warna tubuh lebih terang dan bentuk perutnya besar bulat, bila bagian perut ditekan kearah kelamin akan mengeluarkan telur berwarna putih.

PEMIJAHAN

Induk yang sudah matang gonad siap untuk ditebarkan di kolam pemijahan. Kolam pemijahan merupakan kolam khusus yang ukurannya tergantung jumlah induk yang dimiliki, ukuran minimumya 20 m2 dan maksimum dapat mencapai 1000 m2 dengan kedalaman ideal 0,8 m - 1,5 m. Kolam induk sebaiknya dekat dengan kolam pemijahan sehingga memudahkan proses pemindahan induk ikan. Padat tebar induk ikan gurami diusahakan 1 ekor induk ikan yang bobotnya 3-5 kg per ekor sebaiknya memiliki areal untuk bergerak bebas seluas 5 m2. Penebaran induk dilakukan dengan perbandingan 1 ekor jantan yang bobotnya mencapai 3-5 kg dan 3 ekor betina yang bobotnya minimal 3 kg.
Proses pemijahan biasanya akan berlangsung yang diawali 1 minggu pertama induk jantan telah memulai membuat sarang, lamanya membuat sarang lebih kurang 6 hari kemudian induk betina yang sudah siap pijah memiliki naluri akan segera berpijah setelah sarangya siap, terjadinya proses pemijahan selama 2-3 hari, induk betina segera mengeluarkan telur-telurnya dan secara bersamaan pula induk jantan menyemprotkan sperma dan terjadi proses pembuahan telur oleh sperma jantan. Proses perkawinan akan diakhiri apabila jantan telah menutup sarang, dengan ijuk atau sejenisnya. Keberhasilan proses pemijahan dapat diamati pula dengan melihat pemukaan kolam yang ada sarang guraminya terlihat keluar banyak minyak dipermukaan air dan tecium bau amis.

PENETASAN TELUR

Pengambilan sarang yang berisi telur dilakukan secara berhati-hati dengan cara memegang sisi luar bagian paling bawah sarang dan sebaiknya sarang tidak diangkat begitu saja, tetapi menggunakan wadah berupa ember atau baskom yang berisi air dan diberi Metheline Blue dengan perbandingan 5 cc obat untuk 5 liter air. Selanjutnya sarang dan ember tersebut dibawa ke tempat penetasan.
Penetasan dapat dilakukan di dalam paso atau baskom maupun di dalam akuarium. Air di dalam baskom atau akuarium diberi aerasi atau supplay oksigen dan setiap hari dilakukan pengambilan telur-telur yang tidak menetas atau berjamur supaya tidak menular ke telur yang sehat. Biasanya telur gurami akan menetas setelah 36-41 jam.

PEMELIHARAAN LARVA

Setelah telur menetas, larva dapat dipelihara dalam paso atau baskom selama 8-10 hari sampai kuning telur habis. Bila penetasan dilakukan di dalam akuarium, pemindahan larva tidak perlu dilakukan. Selama pemeliharaan di akuarium, penggantian air perlu dilakukan untuk membersihkan air dari minyak yang dihasilkan saat penetasan. Suhu dipertahankan pada kisaran 29-30 derajat celcius.
Pemindahan larva dari lokasi penetasan ke lokasi pembesaran / pendederan dapat dilakukan dengan menggunakan baskom atau ember. Larva dimasukkan ke dalam ember bersama air dari tempat penetasan sehingga larva tidak stres. Sebaiknya pemindahan ke kolam atau tempat pendederan dilakukan pada pagi atau sore hari dimana pebedaan suhu antara air media penetasan dan air media pendederan atau kolam tidak begitu mencolok.

PEMBERIAN PAKAN

Pakan mulai diberikan setelah larva berumur 8-10 hari atau setelah kuning telur habis. Pakan yang diberikan adalah pakan alami yang bisa berupa artemia, kutu air berupa daphina atau moina, cacing sutera. Jenis pakan yang diberikan ini disesuaikan dengan bukaan mulut larva. Frekuensi pemberian sebanyak 4-5 kali sehari.
Untuk larva yang dipelihara di akuarium, pemberian pakan dapat diberikan sebanyak 2 sendok makan untuk 1000 ekor larva setiap pemberian. Ketika sudah semakin besar, kepadatan larva dalam satu akuarium dapat dikurangi. Larva yang dipelihara dalam akuarium selanjutnya dipelihara hingga menjadi benih yang siap ditebarkan ke kolam pemeliharaan benih.

PERMASALAHAN YANG DIHADAPI DALAM USAHA PEMBENIHAN IKAN GURAMI

Berikut ini beberapa permasalahan yang sering ditemui dalam usaha pembenihan ikan gurami :

1. Induk Malas Memijah
    Induk gurami yang telah matang gonad kadang-kadang tidak mau memijah. Hal ini sebagian besar diakibatkan karena kondisi lingkungan kolan yang tidak nyaman bagi indukan atau indukan belum benar-benar matang gonad. Cara mengatasinya adalah dengan memijahkan induk yang benar-benar telah matang gonad dan kolam pemijahan jangan terlalu padat, cukup 40 ekor/1000 m2 atau bisa juga dengan perbandingan 3 betina : 1 jantan untuk kolam dengan ukuran 4m x 3m.

2. Jumlah Telur Sedikit
    Hal ini bisa disebabkan oleh umur induk yang terlalu muda. Untuk mengatasinya adalah dengan menggunakan induk jantan yang  telah berumur 4 tahun dan induk betina yang berumur 3 tahun.

3. Telur Tidak Menetas
    Telur yang tidak menetas bisa disebabkan oleh kualitas induk yang kurang bagus dan penanganan sarang yang salah sehingga telur mati. Hal ini dapat diatasi dengan penggunaan induk yang kualitasnya benar-benar memenuhi syarat sehingga telur yang dihasilkan bagus mutunya dan tidak mengangkat baskom atau ember begitu saja akan tetapi sarang diangkat bersama dengan air kolam pemijahan agar telur tidak terkontaminasi dengan udara luar.

4. Tubuh Benih Berwarna Hitam
    Kondisi ini disebabkan oleh gangguan velvet yang menyebabkan kulit benih menjadi berwarna gelap dan berlendir. Pemicunya adalah karena suhu air penetasan terlalu rendah. Hal ini dapat diatasi dengan pemasangan pemanas atau heater untuk menjaga suhu air media penetasan tetap pada kisaran yang sesuai.agusnaidi.blogspot.com

Kamis, 27 Desember 2012

sistematika-anatomi-fisiologi dan morfologi-ikan nila.

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat ALLAH SWT, atas segala
rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Pengaruh Perubahan Suhu Terhadap Membuka dan Menutup Operkulum Pada Ikan Mas Fisiologi Hewan Air.

Dalam pembuatan makalah ini, penulis banyak mendapat
kesulitan. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan banyak
terimakasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan serta
dukungannya dalam pembuatan dan penyusunan makalah ini.
Dalam penyusunannya, penulis menyadari akan segala kekurangan
yang ada sehubungan dengan keterbatasan kemampuan dan
pengetahuan yang dimiliki oleh kami maka kami mengucapkan maaf yang
sebesar – besarnya apabila baik dalam dalam penulisan maupun
penyajian makalah ini terdapat banyak kesalahan. Dengan tangan terbuka
kami akan menerima segala saran dan kritik yang membangun dari para
pembaca.


BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
anatomi fisiologi dan morfologi ikan nila
Hewan vertebratata yaitu hewan yang bertulang belakang atau punggung.Memiliki struktur tubuh yang jauh lebih sempurna di bandingkan dengan hewan avertebrata. Hhewan vertebrata memiliki tali yang merupakan susunan tempat terkumpulnya sel-sel syaraf dan memiliki perpanjangan kumpulan syaraf dari otak. Tali ini tidak di miliki oleh yang tidak bertulang punggung. Dalam memenuhi kebutuhannya,hewan vertebrata telah memiliki system kerja sempurna peredaran darah berpusat organ jantung dengan pembuluh-pembuluh menjadi salurannya.(anak ciremai,2008)
Ikan nila berasal dari sungai nil dan danau-danau di sekitarnya. Bibit ikan di datangkan ke Indonesia secara resmi oleh balai penelitian perikanan air tawar paada tahun 1969. Setelah melalui masa penelitian dan adaptasi ,barulah ikan ini di sebar luaskan kepada petani di seluruh Indonesia. Nila adalah nama khas Indonesia yang di berikan oleh pemerintah melalui Direktur Jenderal Perikanan. (Devitri,2010)
Sumber lain mengatakan bahwa nila yang berasal dari sungai nil di Uganda ini secara ilmiah dapat berkembang biak sepanjang tahun .Namun frekuensi pemijahan banyak terjadi pada musim penghujan. Ikan ini mudah berkembang biak tanpa perlakuan khusus.(Santosa,1996)


1.2 Maksud dan Tujuan
Maksud di adakannya praktikumbiologi dasar tentang sistematika , anatomi, fisiologi, dan morfologi ikan nila (Oreochromis niloticus) adalah agar praktikan dapat mengetahui cara kerja, alat dan bahan yang di gunakan dalam praktikum.
Tujuan di adakannya praktikum biologi dasar tentang sistematika, anatomi, fisiologi, dan morfologi ikan nila(Oreochromis niloticus) adalah untuk mengetahui sistematika, morfologi, fisiologi, dan anatomi dari ikan nila (Oeochromis niloticus)




BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Ikan Nila
Ikan nila berasal dari benua afrika, namun sekarang telah tersebar dan berkembang secara alamiah di berbagai belahan dunia dan di introduksi secara legal untuk kepentngan masing-masing Negara ikan nila termasuk jenis ikan yang relative mudah mengalami perubahan genetik maupun  fenotip (Ir.abbas Siregar d,2007)
Ikan nila bukan ikan asli perairan Indonesia tetapi jenis ikan pendatang yang di indrodaksi ke Indonesia dalam beberapa tahap. Meskipun demikian, ikan ini ternyata dengan cepat berhasil menyebar ke sluruh pelosok tanah air dan menjadi ikan konsumsi yang cukup popular.(Ir.Khairul Amri,2004)
Peningkatan permintaan ikan nila dan ketersediaan lahan perairan payau yang luas di Indonesia membuka peluang untuk mengembangkan strain baru yang lebih cocok untuk tumbuh dan di budidayakan di perairan payau.(M.Hunaira,2010)
2.2 Klasifikasi
Klasifikasi ikan nila menurut Devitri (2010) adalah sebagai berikut:
  • Kelas         : Osteichthyes
  • Sub-kelas : Acenthop therigii
  • Ordo         : Percomophi
  • Sub-ordo  : Percoida
  • Famili       : Cichlidea
  • Genus      : Oreochromis
  • Spesies    : Oreochromis niloticus
Secara alami ikan nila melakukan imigrasi dari habitat aslinya, yakni di bagian hulu sungai nil yang melewati Uganda ke arah selatan melewati danau rafi dan di afrika. Saat ini ikan nila telah menyebar ke seluruh dunia (Amri, 2011)
2.3 Morfologi ikan nila
Ikan nila merupakan ikan sungai atau danau yang ocok di pelihara di perairan tawr yang tenang, kolam dapat berkembang pesat pada perairan payau misalnya tambak. Berdasarkan morfologinya, kelompok ikan oreochromis ini memang berbeda dengan kelompok tilapros. Secara umum bentuk tubuh ikan nila panjang dan ramping dengan sisik berukuran besar. Matanya besar menonjol, dan bagian tepinya berwarna putih, gurat sisi terputus di bagian bawah badan (Amri,2003)
Maka ikan nila berbentuk bulat, menonjol dan bagian tepi berwarna hitam putih merah bebercak-bercak hitam atau hitam keputih-putihan. (Ruktana, 1997)
2.4 Anatomi
Menurut Ainun Indah (2009), system anatomi pada ikan adalah:
  • Sistem penutup (kulit), antara lain sisik, kelenjar racun, kelenjar lender, dan sumber-sumber pewarnaan
  • Sistem otot (urat daging), gerak tubuh, sirip insang, organ listrik
  • Sistem rangka (tulang), tempat melekatnya otot, pelindung dan penggerak tubuh
  • System pernapasan (respirasi) ikan nila mengambil oksigen dan peranannya untuk proses metabolisme organ-organ tersebut dalam insang yang terdiri dari tulang lengkung insang dan tulang tipis insang
  • Sistem peredaran darah organnya adalah jantung dan sel darah yang berfungsi untuk pengedaran darah dan nutrisi
  • System pencernaan : organ-organ saluran pencernaan dari arah depan atau rongga mulut, esophagus, lambung, usus halus, usus pileatus pilolit, dan organ-organ tumbuhan antara lain kelenjar empedu dan pancreas
  • Sistem syaraf : organnya otak dan syaraf ikan
  • Sistem hormon, hormone di hasilkan oleh kelenjar-kelenjar hormon, hormon pertumbuhan, hormon reproduksi, hormon ekskresi, hormon osmoregulasi
  • Sistem ekskresi dan osmoregulasi (organ terutama ginjal)

Ada 5 sistem anatomi pada tubuh ikan :
  1. Sistem penutup tubuh (kulit)
  2. System otot penggerak tubuh
  3. Sistem rangka (tulang)
  4. System pernapasan (respirasi)
  5. System peredaran darah (sirkulasi)
2.5  Sistem pencernaan
Pencernaan adalah alat proses pencernaan makanan melalui cara fisika dan kimia, sehingga menjadi jari-jari makanan yang mudah di serap oleh usus, kemudian di eddarkan ke seluruh organ tubuh melalui system peredaran darah, saluran pencernaan terdiri dari mulut, rongga mulut, faring, esofagus, lambung, pilons, usus, rectum, dan anus, sedangkan kelenjar pencernaan terdiri dari hati dan pancreas yang berguna untuk menghasilkan enzim pencernaan yang hasilnya akan bertugas membantu proses penghancuran makanan.
Bila di tinjau dari secara umum, system pencernaan pada hewan-hewan vertebrata di bangun oleh pembuluh-pembuluh yang sifatnya sangat muskuler yang di mulai dari bagian mulut sampai anus (


2.6  Sistem ekskresi dan reproduksi
Sistem ekskresi adalah system pembuangan proses pembuangan metabolisme tubuh (berupa gas, cairan, dan padatan) melalui kulit, ginjal dan melalui saluran pencernaan.
System reproduksi adalah system yang mempertahankan spesies dengan menghasilkan keturunan yang fertile. Embriologi ialah urutan proses perkembangan dari zygot sampai dengan anak ikan dan sampai seterusnya. Organ reproduksi diantaranya adalah organ kelamin, yang menghasilkan sel gamet (kelamin) yaitu spermatozoa (gonad jantan), biasanya sepanjang kiri dan kanan lalu menghasilkan pulu (gonad betina) yaitu ovarium.

2.7  Jenis dan bagian fungsi sisik
Kulit memproduksi sisik yang menutupi permukaan tubuhnya, setiap sisik di bentuk dalam kantung epidermis. Tumbuhnya terus menerus selama ikan tersebut masih hidup dan tidak mengalami regenerasi, apabila mengalami kerusakan atau hilan, waktu pertumbuhannya bergantung pada cadangan material baru di sekitar pinggir atau di insang, sehingga ilmuwan dapat mengetahui umur ikan tersebut dengan lingkaran cincin pada sisik
Pada ikan nila tersebut sisik yang melingkupi tubuhnya sisik pada ikan ini termasuk pada tipe terost, yang tidak memiliki cnamel, dentin dan lapisan pembuluh tulang, hanya memiliki berkas lama saja.
Adapun jenis dan bagian sisik dan fungsinya yaitu sebagai berikut:
  1. Sisik lydoid   -> hanya di jumpai pada ikan jenis crossopteryonyang telah punah
  2. Sisik genoid  -> ditemukan pada ikan suku lesesloidae dan poli toridae
  3. Sisik stonoid -> sisik yang kecil, tipis dan ringan untuk ikan tipe perenang cepat
  4. Sisik prakoid -> di miliki ikan hiu dan ikan bertulang belakang rawan lainnya
Ikan nila memiliki system berupa ginjal dan suatu lubang tempat bermuaranya saluran ginjal dan yang berada di belakang anus. Ginjal pada ikan yang hidup di air laut memiliki sedikit glomerulus sehingga hasil metabolism berjalan lambat dibandingkan dengan ikan pada ikan tawar.






2.8  Jenis dan bagian fungsi ekor
  Adapun jenis dan bagian ekor ikan  yaitu:
-Bentuk persegi atau tegak: pinggiran ekor membentuk garis tegak dari bagian ventral ,contah: ikan nila
-bentuk membulat:pinggiran sirip ekor membentuk garis tegak dari dorsal ingga vental
-Bentuk bulan sabit: ujung dorsal dan ujung vertal sirip ekor melengkung keluar runcingng sedangkan bagian tengahnya kedalam contoh;ikan tunggal
-Bentuk beldak tunggal: terdapat lekukan dangkal antara lebar dausal,lebar ventral,contoh;ikan tambuka
-Bentuk meruncing: pinggiran sirip ekor berbentuk tajam (meruncing) contoh;belut.
-Bentuk lansat: apabila sirip ekor pangkalnya melebar kemudian membentuk sudut diujung contoh; ikan biasa.
BAB 3
PEMBAHASAN
4.1   Data dan gambar hasil pengamatan
Ikan nila sebelelum dibedah 
Ikan nila sesudah dibedah
4.2   Analisa prosedur
Sebelum melakukan praktikum penelitian sistematika,anatomi,fisiologi dan morfologi ikan nila(Oreocrhomis nilaticus) harus disiapkan alat-alat yang akan digunakan untuk praktikum beserta bahan-bahannya,adapun alat-alat dan bahan  yang digunakan adalah sebagia berikut; satu set alat bedah,baki,mikroskop binokuler,penggaris,ikan nila,aquades,tissue,sarung tangan,kapas ,dan masker.

Fungsi dari alat dan bahan diatas adalah sebagian berikut; mikroskop binokuler sebagai alat untuk mengamati benda kecil atau objek,satu set alat bedah untuk membedah ikan nila,baki sebagai tempat alat dan bahan,penggaris untuk mengukur,ikan nila sebagai objek yang akan diamati,aquades untuk memperjejas objek yang akan diamati,tissue untuk membersihkan alat-alat,kapas untuk membersihkan kotoran-kotoran yang ada di atas meja praktikan
Kegiatan yang pertama yang dilakukan mengambil bagian luar ikan nila ikan nila diambil menggunakan jarring dan lap basah,setelah itu diletakkan diatas baki,kemudian ikan nila ditusuk menggunakan penusuk pada medulla oblangate hingga lemas dan diamati,setelah itu bagian luar diamati dan digambar kemudian bagian perut dibedah diri anus hingga rongga perut secara melintang dengan set trosel lalu gambar bagian pencernaan dan sekresi ikan nila sertan difoto sebagai perbadingan.
Kegiatan yang kedua mengamati sisik ikan nila,yang pertama mengambil satu sisik ikan nila dengan menggunakan pinset,kemudian diletakkan pada objek glass dan ditetesi aquades dan ditutup cover glass dengan sudut kemiringan 450c supaya tidak ada gelembung kemudian diamati dengan mikroskop kemudian difoto hasilnya dan gambar.
Kegiatan ketiga mengamati insang ikan nila,pertama mengambil insang ikan nila dengan pinset,kemudian bagian insang itu diamati,difoto,dan gambar masing-masing bagiannya.
 4.3 Analisa hasil
Setelah melakukan kegiatan praktikum biologi dasar tentang sistematika,anatomi,fisiologi,dan morfologi  pada ikan diproleh hasil bahwa tbu ikan nila terdiri dari tiga bagian yaitu kepala(caput),badan(truncus),dan ekor(caundal).
Tubuh ikan nila jaga dipenuhi dengan sisik ada beberapa macam sisik yang terdapat pada ikan nila,yaitu sisik steroid,gonoid,kosmoid,dan planoid selain sisik, sirip ikan  nila terbagi menjadi empat berdaraskan letaknya,yang pertama yaitu sirip bagian tubuh (dousal),sirip vental yang berpasangan ,sirip anal yang terletak dengan anus dan sirip platoid yang letaknya dekat dengan operculum.
Selain itu terdapat insang sebagai alat untuk pernapasan bagian bagian dari insang terdiri dari gill filament,gill arch,gill rockers,sistem pernafasan pada ika nila menggunakan insang.Diawali oksigan masuk kedalam tubuh ikan bersama dengan masuknya air menuju insang didalam insang oksigen akan disaring terlebih dahulu oleh lembar lembar insang untuk dibedakan antara oksigen dan yang bukan oksigen setelah itu oksigen dibawa masuk menuju gill filamen ,sistem pencernaan,dan kelenjar pencernaan seluruh pencernaan dimulai dari muka ke belakang yaitu dari mulut,rongga mulut,fangs,asopohagus,lambung,pylorus,usus,reutum,dan berakhir di anus.








 BAB 4
PENUTUP
5.1.KESIMPULAN
  • Ikan nila termasuk jenis hewan veterbrata dan nama latinnya adalah Oreocrhomis natikus.
  • Ikan nila mempunyai ciri ciri khusus yaitu inter musullaburn,ususnya panjang terdapat lapisan lemak dan ikan nila merupakan jenis ikan konsumsi air tawar dengan bentuk tubuh memanjang dan piih kesamping dan warnanya kehitaman.
  • Sisik ikan terdapat stenei ,focus,radiah, dan sirkuler.
  • Sistem pencernaan pada ikan nila adalah mulut krongkongan lambung usus anus.
  • Sistem pernafasan ikan nila menggunakan insang
5.2.SARAN
Pada kegiatan praktikum kali ini sebaiknya alat dan bahan yang akan digunakan disiapkan terlebih dahulu agar praktikan lebih siap dan terlaksana dengan baik dalam melaksanakan penelitian praktikum tersebut.














DAFTAR PUSTAKA